iklan ditengah

Rabu, 23 September 2020

Makalah Leadership (Kepemimpinan) BAB II & BAB III

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.    Pengertian Kepemimpinan

Pemimpin adalah seseorang yang dapat mempengaruhi orang lain dan memiliki otoritas manajerial. Di samping itu, Fiedler mendefinisikan pemimpin dengan pengertian seseorang yang berada dalam kelompok, sebagai pemberi tugas atau sebagai pengarah dan mengkoordinasikan kegiatan kelompok yang relevan, serta sebagai penangung jawab utama.

Sedangkan  Kepemimpinan adalah apa yang dilakukan pemimpin. Lebih lanjutnya, kepemimpinan merupakan proses memimpin sebuah kelompok  dan mempengaruhi suatu kelompok menuju pencapaian sebuah visi atau tujuan yang ditetapkan. Davis mendefinisikan kepemimpinan sebagai  kemampuan untuk membujuk orang lain dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara antusias.

Istilah kepemimpinan dalam prespektif islam sering dikenal dengan imamah, khilafah, ulul amri, amir, wali, dan ra’in. Islam mengartikan kepemimpinan sebagai kegiatan menuntun, membimbing,  memandu, serta menunjukan jalan yang diridhai Allah SWT.

B.     Teori – teori Kepemimpinan

1.      Teori Sifat Kepribafian ( Trait Theory )

Teori Sifat Kepribadian atau Trait Theory ini mempercayai bahwa orang yang dilahirkan atau dilatih dengan kepribadian tertentu akan menjadikan mereka unggul dalam peran kepemimpinan. Artinya, kualitas kepribadian tertentu seperti keberanian, kecerdasan, pengetahuan, kecakapan, daya tanggap, imajinasi, fisik, kreativitas, rasa tanggung jawab, disiplin dan nila-nilainya lainnya dapat membuat seseorang menjadi pemimpin yang baik. Teori kepemimpinan ini berfokus pada analisis karakteristik mental, fisik dan sosial untuk mendapatkan lebih banyak pemahaman tentang karakteristik dan kombinasi karakteristik yang umum diantara para pemimpin. Keberhasilan seseorang dalam kepemimpinan sangat tergantung pada sifat kepribadiannya dan bukan saja bersumber dari bakat namun juga berasal dari pengalaman dan hasil belajarnya.

Menurut penelitian dari McCall dan Lombardo (1983), terdapat empat sifat kepribadian utama yang menjadi penentu keberhasilan atau kegagalan seorang pemimpin.

  • Stabilitas dan ketenangan emosional : Tenang, percaya diri dan dapat diprediksi terutama pada saat mengalami tekanan.
  • Mengakui Kesalahan : Tidak menutupi kesalahan yang telah dibuat tetapi mengakui kesalahan tersebut.
  • Keterampilan Interpersonal yang baik : mampu berkomunikasi dan menyakinkan orang lain tanpa menggunakan taktik yang negatif dan paksaan.
  • Pengetahuan yang luas (Intelektual) : Mampu memahami berbagai bidang daripada hanya memahami bidang-bidang tertentu ataupun pengetahuan tertentu saja.

2.      Teori Perilaku ( Behavioural Theory )

Sebagai reaksi dari Teori Sifat Kepribadian, Teori Perilaku atau Behavioural Theories ini memberikan perspektif baru tentang kepemimpinan. Teori ini berfokus pada perilaku para pemimpin daripada karakteristik mental, fisik dan sosial mereka. Keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh perilakunya dalam melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan dan perilaku tersebut dapat dipelajari atau dilatih. Teori Perilaku ini bertolak belakang dengan Teori Great Man (Teori Orang Hebat) yang mengatakan seorang pemimpin adalah dibawa dari lahir dan tidak dapat dipelajari. Teori Perilaku ini menganggap bahwa kepemimpinan yang sukses adalah didasarkan pada perilaku yang dapat dipelajari dan bukan hanya dari bawaan sejak lahir

3.      Teori Kontingensi (Contingency Theory)

Teori Kontingensi atau Contingency Theory beranggapan bahwa tidak ada cara yang paling baik untuk memimpin dan menyatakan bahwa setiap gaya kepemimpinan harus didasarkan pada situasi dan kondisi tertentu. Berdasarkan Teori Kontingensi ini, seseorang mungkin berhasil tampil dan memimpin sangat efektif di kondisi, situasi dan tempat tertentu, namun kinerja kepemimpinannya akan menurun apabila dipindahkan ke situasi dan kondisi lain atau ketika faktor di sekitarnya telah berubah. Teori Kontingensi atau Contingency Theory ini juga sering disebut dengan Teori Situasional. Beberapa Model Teori Kontingensi atau Situasional yang terkenal diantaranya adalah Teori Kepemimpinan Kontingensi Fiedler, Teori Kepemimpinan Situasional Hersey-Blanchard, Teori Kepemimpinan Kontingensi Vroom-Yetten, Teori Kontingensi Path-Goal Robert House dan Teori Kontingensi Strategis.

Ø  Model fiedler

Adalah teori yang menyatakan kelompok efektif bergantung pada kecocokan yang tepat diantara gaya kepemimpinan dalam berinteraksi dengan para bawahan dan seberapa besar situasi memberikan kendali dan pengaruh kepada pemimpin.

Fiedler mengidentifikasi tiga dimensi kontingensi atau situasional :

1.      Hubungan pemimpin-anggota, adalah derajat kepercayaan diri, kepercayaan dan menghormati yang mana para anggota miliki dalam diri pemimpin mereka.

2.      Struktur tugas, adalah keadaan yang mana penugasan pekerjaan dibuatkan prosedur ( terstruktur atau tidak terstruktur )

3.      Kekuatan posisi, adalah derajat dari pengaruh seorang pemimpin yang memiliki variabel kekuatan yang lebih seperti merekrut, memecat, disiplin, mempromosikan dan menaikan gaji.

Teori-teori kontingensi lainnya :

Ø  Teori kepemimpinan situasional, adalah teori kontingensi yang menitik beratkan pada kesiapan dari para pengikutnya.

Ø  Teori jalur tujuan, adalah suatu teori yang menyatakan bahawa merupakan tugas dari pemimpin untuk membantu para pengikut dalam memperoleh tujuan tujuan mereka dan untuk menyediakan pengarahan dan atau dukungan untuk memastikan bahwa tujuan-tujuan mereka sesuai dengan keseluruhan tujuan dari kelompok atau organisasi. Teori ini memprediksi :

·         Kepemimpinan yang mengarahkan (directive leadership) akan menghasilkan kepuasan yang lebih tinggi pada tugas yang bersifat ambiguatau penuh tekanan dibandingkan pada tugas tugas yang terstruktur dan ditata dengan baik.

·         Kepemimpinan yang mendukung ( supportive leadership ) akan menghasilkan kinerja dan kepuasan yang tinggi ketika para pekerja mengerjakan tugas yang terstruktur.

Ø  Model pemimpin partisispasi, adalah suatu teori mengenai kepemimpinan yang menyedikan serangkaian aturan untuk menentukan bentuk dan jumlah pengambilan keputusan secara partisipatif dalam situasi yang berbeda.

4.      Teori pertukaran pemimpin – anggota ( leader – member exchange theory )

Adalah suatu teori yang mendukung penciptaan para pemimpin didalam kelompok dan diluar kelompok, para bawahan dengan status didalam kelompok yang akan memiliki peringkat kinerja yang lebih tinggi, tingkat pertukaran pekerja yang rendah, dan kepuasan kerj yang lebih tinggi.

C.    Tipe – tipe Kepemimpinan

Secara umum para pemimpin dalam setiap organisasi dapat diklasifikasikan menjadi lima tipe utama yaitu :

1.      Tipe pemimpin otokratis

Tipe pemimpin otokratis adalah gaya pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh. Segala pembagian tugas dan tanggung jawab dipegang oleh si pemimpin yang otoriter tersebut, sedangkan para bawahan hanya melaksanakan tugas yang telah diberikan. Tipe kepemimpinan yang otoriter biasanya berorientasi kepada tugas. Artinya dengan tugas yang diberikan oleh suatu lembaga atau suatu organisasi, maka kebijaksanaan dari lembaganya ini akan diproyeksikan dalam bagaimana ia memerintah kepada bawahannya agar kebijaksanaan tersebut dapat tercapai dengan baik. Di sini bawahan hanyalah suatu mesin yang dapat digerakkan sesuai dengan kehendaknya sendiri, inisiatif yang datang dari bawahan sama sekali tak pernah diperhatikan. Ciri-ciri pemimpin ini adalah:

Ø  Menganggap bahwa organisasi adalah milik pribadi

Ø  Mengidentikkan tujuan pribadi denagn tujuan organisasi

Ø  Menganggap bahwa bawahan adalah alat semata

Ø  Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat dari orang lain karena dia menganggap bahwa dirinyalah yang paling benar

Ø  Selalu bergantung pada keuasaan formal.

Ø  Dalam menggerakkanbawahan selalu menggunakan pendekatan (approach) yang mengandung unsure ancaman dan paksaan.

Dari berbagai sifat yang dimiliki oleh tipe pemimipin seperti ini maka dapat diketahui bahwa tipe ini tidak menghargai hak-hak manusia. Oleh karena itu, tipe ini tidak dapat digunakan dalam organisasi modern.

2.      Tipe pemimpin militeris

Tipe pemimpin seperti ini sangat mirip dengan tipe pemimpin otoriter yang merupakan tipe pemimpin yang bertindak sebagai diktator terhadap para anggota kelompoknya. Adapun sifat-sifat dari tipe kepemimpinan militeristik adalah:

Ø  Lebih banyak menggunakan sistem perintah/komando, keras dan sangat otoriter, kaku dan seringkali kurang bijaksana,

Ø  Menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan,

Ø  Sangat menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual dan tanda-tanda kebesaran yang berlebihan,

Ø  Menuntut adanya disiplin yang keras dan kaku dari bawahannya,

Ø  Tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan dari bawahannya,

3.      Tipe Pemimpin Paternalis

Tipe kepemimpinan ini memiliki cirri-ciri tertentu, yaitu bersifat paternal atau kebapakan. Sifat-sifat umum dari tipe pemimpin paternalis adalah sebagai berikut:

Ø  Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa,

Ø  Bersikap terlalu melindungi bawahan,

Ø   Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan. Oleh karena itu, jarang ada pelimpahan wewenang,

Ø   Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan inisiatif daya kreasi,

Ø   Sering menganggap dirinya maha tau.

4.      Tipe pemimpin Kharismatis

Hingga masa terkini, para pakar manajemen belum berhasil menemukan sebabsebab mengapa seorang pemimpin memiliki kharisma. Tipe pemimpin seperti ini daya tarik yang sangat besar, dan karenanya memiliki pengikut yang sangat besar. Kebanyakan pengikut menjelaskan alasan subjektif mereka menjadi pengikut pemimpin seperti ini. Karena kurangnya pemimpin kharismatis, sering dikatakan bahwa pemimpin seperti ini diberkahi dengan kekuatan gaib (supernatural pwers) kekayaan, umur, kesehatan, profil pendidikan, dan sebagainya, tidak dapat digunakan sebagai kriteria pemimpin kharismatis.

5.      Tipe pemimpin diplomatis

Tipe pemimpin demokratis dianggap sebagai tipe kepemimpinan yang terbaik. Tipe kepemimpinan seperti ini selalu mendahulukan kepentingan kelompok dibandingkan kepentingan individu. Beberapa ciri dari tipe kepemimpinan demokratis adalah sebagai berikut:

Ø  Dalam proses menggerakkan bawahan, selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu adalah makhluk termulia di dunia,

Ø  Selalu berusaha menyelaraskan kepentingan dan tujuan pribadi dengan kepentingan organisasi,

Ø  Senang menerima saran, pendapat, dan bahkan dari kritik bawahannya,

Ø  Mentolelir bawahan yang berbuat kesalahan dan memberikan pendidikan kepada bawahan agar tidak berbuat kesalahan dengan tidak mengurangi daya kreatifitas, inisiatif, dan prakarsa dari bawahan.

Ø  Lebih menitik beratkan kerjasama dalam mencapai tujuan,

Ø  Selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses daripadanya

Ø  Berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin,

D.    Kepemimpinan Transaksional dan Transformasional

  1. Kepemimpinan Transaksional

Burns mendefinisikan kepemimpinan transaksional adalah kepemimpinan yang memotivasi bawahan atau pengikut dengan minat-minat pribadinya. Kepemimpinan transaksional juga melibatkan nilai-nilai akan tetapi nilai-nilai itu relevan sebatas proses pertukaran (exchange process), tidak langsung menyentuh substansi perubahan yang dikehendaki. Kudisch, mengemukakan kepemimpinan transaksional dapat digambarkan sebagai :

·         Mempertukarkan sesuatu yang berharga bagi yang lain antara pemimpin dan bawahannya.

·         Intervensi yang dilakukan sebagai proses organisasional untuk mengendalikan dan memperbaiki kesalahan.

·         Reaksi atas tidak tercapainya standar yang telah ditentukan.

Kepemimpinan transaksional menurut Metcalfe (2000) pemimpin transaksional harus memiliki informasi yang jelas tentang apa yang dibutuhkan dan diinginkan bawahannya dan harus memberikan balikan yang konstruktif untuk mempertahankan bawahan pada tugasnya. Pada hubungan transaksional, pemimpin menjanjikan dan memberikan penghargaan kepada bawahannya yang berkinerja baik, serta mengancam dan mendisiplinkan bawahannya yang berkinerja buruk.

Bernard M. Bass mengemukakan kepemimpinan transaksional adalah kepemimpinan di mana pemimpin menentukan apa yang harus dikerjakan oleh karyawan agar mereka dapat mencapai tujuan mereka sendiri atau organisasi dan membantu karyawan agar memperoleh kepercayaan dalam mengerjakan tugas tersebut.

Jadi kepemimpinan transaksional merupakan sebuah kepemimpinan dimana seorang pemimpin mendorong bawahannya untuk bekerja dengan menyediakan sumberdaya dan penghargaan sebagai imbalan untuk motivasi, produktivitas dan pencapaian tugas yang efektif.

Kepemimpinan transaksional sangat memperhatikan nilai moral seperti kejujuran, keadilan, kesetiaan dan dan tanggungjawab. Kepemimpinan ini membantu orang ke dalam kesepakatan yang jelas, tulus hati, dan memperhitungkan hak-hak serta kebutuhan orang lain.

Kepemimpinan transaksional menurut Bass memiliki karakteristik sebagai berikut :

Ø  Contingent reward

Kontrak pertukaran penghargaan untuk usaha, penghargaan yang dijanjikan untuk kinerja yang baik, mengakui pencapaian.

Ø  Active management by exception

Melihat dan mencari penyimpangan dari aturan atau standar, mengambil tindakan perbaikan.

Ø  Pasive management by exception

Intervensi hanya jika standar tidak tercapai.

Ø  Laissez-faire

Melepaskan tanggung jawab, menghindari pengambilan keputusan.

 

 

  1. Kepemimpinan Transformasional

Istilah kepemimpinan transformasional terdiri dari dua kata yaitu kepemimpinan (leadership) dan transformasional (transformational). Kepemimpinan adalah setiap tindakan yang yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk mengkoordinasi dan memberi arah kepada individu atau kelompok lain lain yang tergabung dalam wadah tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

McFarlan (1978) mendefinisikan kepemimpinan sebagai suatu proses dimana pimpinan dilukiskan akan memberi perintah atau pengaruh, bimbingan atau proses mempengaruhi pekerjaan orang lain dalam memilih dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Pfiffner (1980) kepemimpinan adalah seni mengkoordinasi dan memberi arah kepada individu atau kelompok untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Istilah transformasional berinduk dari kata to transform, yang bermakna mentransformasikan atau mengubah sesuatu menjadi bentuk lain yang berbeda. Misalnya, mengubah energi potensial menjadi energi aktual atau motif berprestasi menjadi prestasi riil. Jadi, seorang kepala sekolah bisa disebut menerapkan kaidah kepemimpinan transformasional, jika dia mampu mengubah sumber daya baik  manusia, instrumen, maupun situasi untuk mencapai tujuan-tujuan reformasi sekolah.

Kepemimpinan transformasional adalah kemampuan seorang pemimpin dalam bekerja dengan dan atau melalui orang lain untuk mentransformasikan secara optimal sumber daya organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang bermakna sesuai dengan target capaian yang telah ditetapkan.  Sumber daya yang dimaksud yaitu sumber daya manusia seperti pimpinan, staf, bawahan, tenaga ahli, guru, dosen, peneliti, dan lain-lain.

Ciri pemimpin transformasional diantaranya :

Ø  Mampu mendorong pengikut untuk menyadari pentingnya hasil pekerjaan.

Ø  Mendorong pengikut untuk lebih mendahulukan kepentingan organisasi

Ø  Mendorong untuk mencapai kebutuhan yang lebih tinggi.

Kepemimpinan transformasional menurut Bernard M. Bass memiliki karakteristik yang membedakan dengan gaya kepemimpinan yang lainnya diantaranya:[8]

Ø  Charisma

Memberikan visi dan misi yang masuk akal, menimbulkan kebanggaan, menimbulkan rasa hormat dan percaya.

Ø  Inspiration

Mengkomunikasikan harapan yang tinggi, menggunakan simbol untuk memfokuskan upaya, mengekspresikan tujuan penting dengan cara yang sederhana.

Ø  Intellectual stimulation

Meningkatkan intelegensi, rasionalitas, dan pemecahan masalah secara teliti.

Ø  Individualized consideration

Memberikan perhatian pribadi, melakukan pelatihan dan konsultasi kepada setiap bawahan secara individual.

E.     Prinsip – Prinsip Kepemimpinan

Prinsip, sebagai paradigma terdiri dari beberapa ide utama berdasarkan motivasi pribadi dan sikap serta mempunyai pengaruh yang kuat untuk membangun dirinya atau organisasi.

Menurut Stephen R. Covey (1997), prinsip adalah bagian dari suatu kondisi, realisasi dan konsekuensi. Mungkin prinsip menciptakan kepercayaan dan berjalan sebagai sebuah kompas/petunjuk yang tidak dapat dirubah. Prinsip merupakan suatu pusat atau sumber utama sistem pendukung kehidupan yang ditampilkan dengan 4 dimensi seperti; keselamatan, bimbingan, sikap yang bijaksana, dan kekuatan. Karakteristik seorang pemimpin didasarkan kepada prinsip-prinsip (Stephen R. Covey) sebagai berikut:

1.      Seorang yang belajar seumur hidup

Tidak hanya melalui pendidikan formal, tetapi juga diluar sekolah. Contohnya, belajar melalui membaca, menulis, observasi, dan mendengar. Mempunyai pengalaman yang baik maupun yang buruk sebagai sumber belajar.

2.      Berorientasi pada pelayanan

Seorang pemimpin tidak dilayani tetapi melayani, sebab prinsip pemimpin dengan prinsip melayani berdasarkan karir sebagai tujuan utama. Dalam memberi pelayanan, pemimpin seharusnya lebih berprinsip pada pelayanan yang baik.

3.      Membawa energi yang positif

Setiap orang mempunyai energi dan semangat. Menggunakan energi yang positif didasarkan pada keikhlasan dan keinginan mendukung kesuksesan orang lain. Untuk itu dibutuhkan energi positif untuk membangun hubungan baik. Seorang pemimpin harus dapat dan mau bekerja untuk jangka waktu yang lama dan kondisi tidak ditentukan. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus dapat menunjukkan energi yang positif, seperti ;

Ø  Percaya pada orang lain

Seorang pemimpin mempercayai orang lain termasuk staf bawahannya, sehingga mereka mempunyai motivasi dan mempertahankan pekerjaan yang baik. Oleh karena itu, kepercayaan harus diikuti dengan kepedulian.

Ø  Keseimbangan dalam kehidupan

Seorang pemimpin harus dapat menyeimbangkan tugasnya. Berorientasi kepada prinsip kemanusiaan dan keseimbangan diri antara kerja dan olah raga, istirahat dan rekreasi. Keseimbangan juga berarti seimbang antara kehidupan dunia dan akherat.

Ø  Melihat kehidupan sebagai tantangan

Kata ‘tantangan’ sering di interpretasikan negatif. Dalam hal ini tantangan berarti kemampuan untuk menikmati hidup dan segala konsekuensinya. Sebab kehidupan adalah suatu tantangan yang dibutuhkan, mempunyai rasa aman yang datang dari dalam diri sendiri. Rasa aman tergantung pada inisiatif, ketrampilan, kreatifitas, kemauan, keberanian, dinamisasi dan kebebasan.

Ø  Sinergi

Orang yang berprinsip senantiasa hidup dalam sinergi dan satu katalis perubahan. Mereka selalu mengatasi kelemahannya sendiri dan lainnya. Sinergi adalah kerja kelompok dan memberi keuntungan kedua belah pihak. Menurut The New Brolier Webster International Dictionary, Sinergi adalah satu kerja kelompok, yang mana memberi hasil lebih efektif dari pada bekerja secara perorangan. Seorang pemimpin harus dapat bersinergis dengan setiap orang atasan, staf, teman sekerja.

Ø  Latihan mengembangkan diri sendiri

Seorang pemimpin harus dapat memperbaharui diri sendiri untuk mencapai keberhasilan yang tinggi. Jadi dia tidak hanya berorientasi pada proses. Proses daalam mengembangkan diri terdiri dari beberapa komponen yang berhubungan dengan: (1) pemahaman materi; (2) memperluas materi melalui belajar dan pengalaman; (3) mengajar materi kepada orang lain; (4) mengaplikasikan prinsip-prinsip; (5) memonitoring hasil; (6) merefleksikan kepada hasil; (7) menambahkan pengetahuan baru yang diperlukan materi; (8) pemahaman baru; dan (9) kembali menjadi diri sendiri lagi.

Mencapai kepemimpinan yang berprinsip tidaklah mudah, karena beberapa kendala dalam bentuk kebiasaan buruk, misalnya: (1) kemauan dan keinginan sepihak; (2) kebanggaan dan penolakan; dan (3) ambisi pribadi. Untuk mengatasi hal tersebut, memerlukan latihan dan pengalaman yang terus-menerus. Latihan dan pengalaman sangat penting untuk mendapatkan perspektif baru yang dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan.

Hukum alam tidak dapat dihindari dalam proses pengembangan pribadi. Perkembangan intelektual seseorang seringkali lebih cepat dibanding perkembangan emosinya.

Oleh karena itu, sangat disarankan untuk mencapai keseimbangan diantara keduanya, sehingga akan menjadi faktor pengendali dalam kemampuan intelektual. Pelatihan emosional dimulai dari belajar mendengar. Mendengarkan berarti sabar, membuka diri, dan berkeinginan memahami orang lain. Latihan ini tidak dapat dipaksakan. Langkah melatih pendengaran adalah bertanya, memberi alasan, memberi penghargaan, mengancam dan mendorong. Dalam proses melatih tersebut, seseorang memerlukan pengontrolan diri, diikuti dengan memenuhi keinginan orang.

Mengembangkan kekuatan pribadi akan lebih menguntungkan dari pada bergantung pada kekuatan dari luar. Kekuatan dan kewenangan bertujuan untuk melegitimasi kepemimpinan dan seharusnya tidak untuk menciptakan ketakutan. Peningkatan diri dalam pengetahuan, ketrampilan dan sikap sangat dibutuhkan untuk menciptakan seorang pemimpin yang berpinsip karena seorang pemimpin seharusnya tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga cerdas emosional dan spiritual (IQ, EQ dan SQ).

F.     Tantangan untuk Membangun Kepemimpinan

Banyak keberhasilan atau kegagalan organisasi berhubungan dengan faktor- faktor di luar pengaruh dari kepemimpinan. Kadang hal ini hanyalah persoalan berada di tempat yang tepat atau salah pada suatu waktu tertentu. Dalam bagian ini, kita menyajikan dua pandangan dan salah satu perubahan dalam teknologi yang menantang keyakinan yang diterima mengenai nilai dari kepemimpinan.

1.      Kepemimpinan Sebagai Sebuah Atribut

Teori atribut kepemimpinan (attribution theory of leadership) menyatakan bahwa kepemimpinan hanyalah sekedar sebuah atribut yang orang-orang akan ambil mengenai para individual lainnya. Kita memberikan atribut kecerdasan kepada para pemimpin, kepribadian yang ramah, keahlian verbal yang kuat, keagresifan, pemahaman dan rajin. Pada level organisasi, kita lebih cenderung pada yang benar atau salah untuk melihat para pemimpin yang bertanggung jawab atas kinerja yang sangat luar biasa negatif dan yang sangat luar biasa positif.

Teori atribut menyarankan bahwa apa yang penting adalah memproyeksikan penampilan untuk menjadi seorang pemimpin dan bukan menitik beratkan pada pencapaian aktual.

Orang yang ingin menjadi pemimpin adalah mereka yang dapat membentuk persepsi bahwa mereka cerdas, menarik, mahir secara lisan, agresif, pekerja keras, dan konsisten dengan gaya mereka akan dapat meningkatkan kemungkinan memandang mereka sebagai para pemimpin yang efektif.

2.      Substitusi dan Menetralisasi kepemimpinan

Substitusi atribut seperti misalnya pengalaman dan pelatihan, yang dapat menggantikan kebutuhan akan dukungan atau kemampuan dari seorang pemimpin untuk menciptakan struktur. Penetralisasi atribut yang menjadikannya tidak mungkin bagi perilaku pemimpin untuk membuat bebarapa perbedaan terhadap hasil dari pengikut. Suatu perusahaan telah bereksperimen dengan menghapuskan pra pemimpin dan manajemen . Dalam lingkungan pekerjaan yang tidk memiliki bos dapat dicapai melalui akuntabilitas dari rekan rekan sekerja yang menentukan komposisi tim. Sementara acuh tak acuh terhadap imbalan organisasi dapat menetralisasi efeknya.

3.      Kepemimpinan secara online

Para pemimpin secara online harus berfikir dengan hati-hati mengenai tindakan apa yang mereka inginkan dari pesan digital mereka untuk dijalankan. Tantangan-tantangan besar yang akan muncul pada pengembangan dan kepercayaan saling memahami dan menghargai satu sama lain akan menjadi terhalang karena kedua belah pihak memiliki level kepercayaan yang rendah . Keahlian seorang pemimpin yang baik akan mencakup kemampuan yang mendukung, mempercayai, dan menginspirasi dalam berkomunikasi melalui elektronik dan untuk membaca emosi yang terkandung dalam pesan orang lain secara akurat.

 

 

G.    Karakteristik Pemimpin yang Efektif

Secara umum seorang pemimpin yang baik harus memiliki beberapa karakteristik seperti :

1.      Tanggung jawab seimbang, keseimbangan disini adalah antara tanggung jawab terhadap pekerjaan yang dilakukan dan tanggung jawab terhadap orang yang melaksanakan pekerjaan tersebut;

2.      Model peranan yang positif, peranan disini adalah tanggung jawab, perilaku, atau prestasi yang diharapkan dari seseorang yang memiliki posisi khusus tertentu;

3.      memiliki keterampilan komunikasi yang baik, pemimpin yang baik harus bisa menyampaikan ide-idenya secara ringkas dan jelas, serta dengan cara yang tepat;

4.      memiliki pengaruh positif, pemimpin yang baik memiliki pengaruh terhadap karyawannya dan menggunakan pengaruh tersebut untuk hal-hal yang positif;

5.      mempunyai kemampuan untuk meyakinkan orang lain, pemimpin yang sukses adalah pemimpin yang dapat menggunakan keterampilan komunikasi dan pengaruhnya untuk meyakinkan orang lain terhadap sudut pandangnya serta mengarahkan mereka pada tanggung jawab total terhadap sudut pandang tersebut.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

ANALISIS KASUS

 

A.    Kasus 

Kasus 1 :

Seperti yang terjadi pada puncak perhelatan acara Konferensi Asia Afrika pada di Bandung, Jumat, 24 April 2016 lalu, sejumlah fasilitas umum yang ada di Kota Bandung banyak yang rusak. Kondisi fasilitas umum yang rusak di Bandung usai KAA ini akibat diinjak-injak oleh ratusan warga yang antusias melihat acara bertaraf internasional yang digelar 10 tahunan itu. Rusaknya sejumlah fasilitas umum itu terlihat jelas melalui sejumlah unggahan foto dalam berbagai platform media sosial milik warga Bandung. Melihat hal itu,Wali Kota Bandung Ridwan Kamil marah. Salah satu warga Bandung bernama Fadil Simeray ikut mengunggah foto diri ke akun Instagram miliknya yang juga dibagikan ke akun Twitter-nya saat sedang berpose berdiri di atas kursi taman di kawasan Braga, Bandung. Foto itu pun kemudian sampai ke sang wali kota yang akrab disapa Emil. Sontak, Emil pun geram melihat foto salah satu warganya itu. Emil lantas membalas unggahan Fadil dengan nada berang dengan menulis, “Bikin malu! Do you know how much I fight day and night for these things to be there?” Membaca teguran Emil, Fadil pun segera meminta maaf kepada sang wali kota, juga lewat akun twitter miliknya. Selanjutnya, Emil pun menerima permintaan maaf Fadil. Akan tetapi, Emil tampaknya tak ingin begitu saja memaafkan Fadil. Ia sepertinya ingin memberikan efek jera dengan memberinya hukuman kepada pemuda bertato di tangan itu. “Diterima maafnya. Tapi tetap harus ngepel Jalan Braga,” tulis Emil, ditujukan kepada Fadil, Rabu (29/4). Ngepel Braga awalnya merupakan hukuman untuk sejumlah warga Bandung yang mengunggah foto berdiri di kursi, menginjak pot kembang atau merusak fasilitas lainnya di trotoar Jalan Merdeka dalam peringatan Konferensi Asia-Afrika (KAA) lalu. Namun akhirnya kegiatan ngepel Braga menjadi kegiatan bersama warga Bandung untuk menjaga keindahan dan kebersihan Braga.

 

 

Kasus 2 :

Pembasmian tikus di ibukota. Wakil Gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat meminta seluruh lurah di Ibu Kota mengampanyekan gerakan itu. Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat mengatakan lebih baik mengumpulkan tikus liar kemudian memberikan imbalan kepada si penangkap dibandingkan dengan menghambur-hamburkan uang untuk memasang spanduk untuk berkampanye. “Bagi saya, dari pada kampanye pasang gambar atau apa begitu, mending cari yang lebih bermanfaat,” kata Djarot di Balai Kota, Selasa, 18 Oktober 2016. Dia menjelaskan, untuk mempercepat penangkapan tikus yang menyebabkan banyak penyakit, pemprov akan memberikan upah Rp 20 ribu untuk satu tikus yang ditangkap. Imbalan itu ia berikan dari uang operasionalnya sendiri. Bahkan ia tidak membatasi jumlah tikus yang harus ditangkap. Djarot mengatakan, GBT berada di bawah koordinasi Dinas Kebersihan serta Dinas Pemakaman dan Pertamanan. Nantinya, tikus akan dikubur di dalam tanah yang sudah disediakan. “Program ini sedang berjalan. Kami sudah mengumpulkan lurah agar bisa dikomunikasikan ke RT RW. Kita lihat, berapa yang berhasil dikumpulin, nanti lurah yang hitung. Dapat berapa kami bayar. Nanti kami akan gali tanahnya. Kami tanam (tikusnya) karena membawa penyakit berbahaya,” kata Djarot di Kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (18/10/2016). Beberapa penyakit yang disebabkan hewan pengerat itu, antara lain Leptospirosis, Pes, Salmonella Enterica Sarovar Typhimurium, penyakit Rat Bite Fever (RBF), dan Hantavirus Pulmonary Syndrome.

B.     Analisis Kasus

Analisis Kasus 1

Ridwan Kamil merupakan salah satu contoh pemimpin yang masuk dalam kepemimpinan transformasional karena beliau adalah individu yang inovatif dan bisa merangsang serta mengispirasikan pengikutnya, baik untuk mencapai sesuatu yang tidak biasa dan, dalam prosesnya, mengembangkan kapasitas kepemimpinannya sendiri. Beliu pun memberdayakan para pengikut dengan cara menselaraskan tujuan yang lebih besar individual para pengikut, pemimpin, kelompok, dan organisasi.

 

Analisis Kasus 2

Djarot Saiful Hidayat merupakan pemimpin yang transaksional, karena ia membimbing atau mendorong bawahannya mengarah pada tujuan yang telah diletakkan, dengan cara menjelaskan peranan dan tugas yang dipersyaratkan. Ia  memimpin lewat pertukaran sosial. Yaitu  dengan cara “menukar satu hal dengan hal lain: pekerjaan dengan suara, atau subsidi dengan kontribusi kampanye. Pemimpin bisnis bercorak transaksional menawarkan reward finansial bagi produktivitas atau tidak memberi reward atas kurangnya produktivitas.

Popular Post

Makalah Pancasila Bersifat Hierarkis dan Berbentuk Piramidal

Makalah Pancasila Susunan Pancasila Bersifat Hierarkis dan Berbentuk Piramidal KATA PENGANTAR Puji syukur marilah kita panjatkan ...