BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Inflasi
di dunia ekonomi tentunya sangat memberatkan masyarakat. Hal ini dikarenakan
inflasi dapat mengakibatkan lemahnya efisiensi dan produktivitas ekonomi. Keberadaan
permasalahan inflasi dan tidak stabilnya ekonomi dari waktu ke waktu senantiasa
menjadi perhatian pemerintah. Karena inflasi sangat penting dalam mempengaruhi
harga-harga suatu barang atau jasa yang menjadi kebutuhan masyarakat, baik
kebutuhan sandang maupun pangan.
Inflasi
yang terjadi disuatu negara tidak selalu stabil, terkadang mengalami kenaikan
atau penurunan (rendah). Sehingga hal tersebut mempengaruhi daya beli
masyarakat terhadap suatu barang atau jasa. Sementara itu, keinginan masyarakat
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya semakin meningkat, akan tetapi pendapatan
yang dihasilkan oleh masyarakat tetap (tidak bertambah).
Perekonomian
yang tidak stabil menimbulkan biaya yang tinggi bagi perekonomian dan
masyarakat. Ketidakstabilan tersebut akan menyulitkan masyarakat untuk menyusun
rencana ke depan, khususnya dalam jangka lebih panjang yang dibutuhkan bagi
investasi. Tingkat investasi yang rendah akan menyebabkan penurunan potensi
pertumbuhan ekonomi panjang. Adanya fluktuasi yang tinggi dalam pertumbuhan
produksi yang bisa mengurangi tingkat keahlian tenaga kerja yang lama
menganggur. Inflasi yang tinggi dan fluktuasi yang tinggi menimbulkan biaya
yang sangat besar bagi masyarakat. Beban terberat akibat inflasi yang tinggi
akan dirasakan oleh penduduk miskin yang mengalami penurunan daya beli.
Sehingga inflasi yang berfluktuasi tinggi menyulitkan pembedaan harga yang
disebabkan oleh perubahan permintaan dan penawaran barang atau jasa dari
kenaikan harga-harga yang disebabkan oleh permintaan yang berlebih.
Dalam
hal ini stabilitas ekonomi makro merupakan hal yang penting bagi kelancaran dan
pencapaian sasaran pembangunan nasional, sehingga pemerintah bertekad untuk
terus menciptakan stabilitas ekonomi makro yang stabil.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
pengertian dari Stabilisasi Ekonomi atau Inflasi?
2.
Apa
saja Ciri – Ciri Negara yang mengalami Inflasi?
3.
Apa
saja Macam – Macam Inflasi?
4.
Bagaimana
Penetapan Target Inflasi?
5.
Bagaimana
Keadaan Inflasi pada bulan Desember 2017?
6.
Bagaiman
Dampak dengan adanya Inflasi?
C.
Tujuan
1.
Untuk
mengetahui pengertian dari Stabilisasi Ekonomi atau Inflasi
2.
Untuk
mengetahui Ciri – Ciri Negara yang mengalami Inflasi
3.
Untuk
mengetahui Macam – Macam Inflasi
4.
Untuk
mengetahui Penetapan Target Inflasi
5.
Untuk
mengetahui Keadaan Inflasi pada Tahun 2017
6.
Untuk
mengetahui Dampak Inflasi
D.
Manfaat
1.
Menjadi
bertambahnya wawasan dari materi Ekonomi
Makro.
2.
Kita
bisa mengetahui inflasi yang terjadi dari tahun ke tahun dengan jumlah yang
berbeda.
3.
Kita
dapat mengetahui hal-hal yang menjadi acuan terjadinya inflasi dan stabilitas
ekonomi.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Stabilisasi Ekonomi atau Inflasi
I.
Stabilisasi Ekonomi
Stabilitas
ekonomi merupakan faktor fundamental untuk menjamin pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan (sustainable economic growth). Stabilitas ekonomi juga merupakan
prasyarat dasar untuk tercapainya peningkatan kesejahteraan rakyat melalui
pertumbuhan yang tinggi dan peningkatan kualitas pertumbuhan. Upaya untuk
menjaga stabilitas ekonomi tersebut dilakukan melalui langkah-langkah dalam mengendalikan
laju inflasi, stabilitas nilai tukar, serta tingkat bunga yang rendah. Upaya
tersebut menghadapi tantangan yang berat, seperti tingginya harga beberapa
bahan makanan dan harga minyak internasional.
Stabilitas
perekonomian atau inflasi sangat penting untuk memberikan kepastian bagi para
pelaku ekonomi. Stabilitas ekonomi makro dicapai ketika hubungan variabel
ekonomi makro yang utama berada dalam keseimbangan, misalnya antara permintaan
domestik dengan pengeluaran nasional, neraca pembayaran, penerimaan dan pengeluaran
fiskal, serta tabungan, dan investasi. Hubungan tersebut tidak selalu harus
dalam keseimbangan yang sangat tepat. Ketidakseimbangan fiskal dan neraca
pembayaran tetap sejalan dengan stabilitas ekonomi, asalkan hal tersebut harus
dibiayai secara berkesinambungan.
Perekonomian
yang tidak stabil menimbulkan biaya yang tinggi bagi perekonomian dan
masyarakat. Ketidakstabilan tersebut akan menyulitkan masyarakat untuk menyusun
rencana ke depan, khususnya dalam jangka lebih panjang yang dibutuhkan bagi
investasi. Tingkat investasi yang rendah akan menyebabkan penurunan potensi
pertumbuhan ekonomi panjang. Adanya fluktuasi yang tinggi dalam pertumbuhan
produksi yang bisa mengurangi tingkat keahlian tenaga kerja yang lama
menganggur. Inflasi yang tinggi dan fluktuasi yang tinggi menimbulkan biaya
yang sangat besar bagi masyarakat. Beban terberat akibat inflasi yang tinggi
akan dirasakan oleh penduduk miskin yang mengalami penurunan daya beli.
Sehingga inflasi yang berfluktuasi tinggi menyulitkan pembedaan harga yang
disebabkan oleh perubahan permintaan dan penawaran barang atau jasa dari
kenaikan harga-harga yang disebabkan oleh permintaan yang berlebih.
II.
Inflasi
Inflasi
merupakan kondisi kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus
(continue). Umum berarti kenaikan harga tidak
hanya terjadi pada satu jenis barang saja, tetapi kenaikan harga itu meliputi
kelompok barang yang dikonsumsi oleh masyarakat, terlebih lagi kenaikan itu
akan mempengaruhi harga barang lain di pasar. Terus
menerus berarti bahwa kenaikan harga terjadi tidak sesaat saja, misalnya
kenaikan harga barang menjelang hari raya. Kenaikan harga pada kondisi tertentu
tidak menjadi permasalahan karena harga akan kembali normal.
Penyebab
terjadinya inflasi adalah besarnya permintaan terhadap barang (berlebihnya
likuiditas atau uang sebagai alat tukar) sementara produk serta distribusinya
kurang. Contoh terjadinya inflasi di Indonesia adalah turunnya nilai mata uang
rupiah terhadap dollar, naiknya harga BBM disebabkan boomingnya minyak, aspek
spekulasi di sektor industri. Selama ini tinggi rendahnya inflasi tergantung
pada kemampuan Bank Sentral dalam mengatasi tingkat inflasi di Indonesia.
B.
Ciri – Ciri Negara yang Mengalami Inflasi
1.
Harga-harga
barang pada umumnya dalam keadaan naik terus-menerus.
2.
Uang
yang beredar melebihi kebutuhan.
3.
Barang
relatif sedikit.
4.
Nilai
uang (daya beli uang) turun pencegahan inflasi telah lama menjadi salah satu
tujuan utama dari kebijaksanaan ekonomi makro pemerintahan dan bank sentral di
negara manapun.
C.
Macam – Macam Inflasi
Inflasi
yang terjadi disuatu negara tentu jenisnya berbeda-beda. Hal ini tergantung
dari penyebabnya. Adapun macam-macam inflasi terbagi menjadi beberapa bagian,
yaitu sebagai berikut.
1. Inflasi
Berdasarkan Tingkat Keparahan
§
Inflasi ringan, yaitu inflasi yang besarnya kurang dari 10% per tahun.
§
Inflasi sedang, yaitu inflasi yang besarnya antara 10% - 30% per tahun.
§
Inflasi berat, yaitu inflasi yang besarnya antara 30% - 100% per tahun.
§
Inflasi sangat
berat atau hiperinflasi,
yaitu inflasi yang besarnya diatas 100% per tahun.
2. Inflasi
Berdasarkan Penyebab
§
Inflasi
Tarikan Permintaan (Demand Pull Inflation), yaitu inflasi yang terjadi karena kelebihan permintaan
atas barang dan jasa. Kelebihan permintaan yang tidak dapat dipenuhi produsen
tersebut tentu akan mendorong kenaikan harga-harga, karena permintaan lebih besar
daripada penawaran.
§
Inflasi
Dorongan Biaya Produksi (Cost Push Inflation), yaitu inflasi yang terjadi karena kenaikan biaya
produksi. Biaya produksi yang naik akan mendorong naiknya harga-harga barang
dan jasa. Selain itu, kenaikan biaya produksi akan mengakibatkan turunnya
jumlah produksi sehingga penawaran menjadi berkurang, jika penawaran berkurang
sedangkan permintaan tetap, maka akan mengakibatkan harga mengalami kenaikan.
§
Inflasi
Lain-lain, yaitu inflasi
yang terjadi karena berbagai penyebab selain inflasi tarikan permintaan dan inflasi
dorongan biaya produksi.
3. Inflasi
Berdasarkan Asal Terjadinya
§
Inflasi dari
Dalam Negeri (Domestic Inflation), yaitu inflasi yang hanya disebabkan oleh faktor-faktor penyebab dari
dalam negeri. Faktor-faktor penyebab tersebut antara lain, adanya pencetakan
uang baru untuk menutup anggaran negara yang defisit karena naiknya permintaan
masyarakat dan karena kenaikan biaya produksi di dalam negeri (seperti naiknya
upah buruh).
§
Inflasi Dari
Luar Negeri (Imported Inflation), yaitu inflasi yang disebabkan oleh faktor-faktor penyebab dari luar
negeri. Inflasi ini timbul karena adanya perdagangan antarnegara. Jika suatu
negara mengalami inflasi, maka inflasi tersebut dapat menular ke negara-negara
lain yang memiliki hubungan dagang dengannya. Contohnya, negara kita mengimpor
faktor-faktor produksi yang berupa bahan baku dan mesin serta mengimpor
barang-barang jadi seperti motor, mesin cuci dan kipas angin dari Jepang. Maka
jika di Jepang harga faktor-faktor produksi dan barang jadi tersebut naik
(inflasi), otomatis negara kita juga akan mengalami inflasi. Sebab
barang-barang yang kita buat dengan faktor-faktor produksi dari Jepang tentu
akan dijual lebih mahal, dan barang-barang jadi dari Jepang pun dijual lebih
mahal.
D.
Penetapan Target Inflasi
Target
atau sasaran inflasi merupakan tingkat inflasi yang harus di capai oleh Bank
Indonesia, berkoordinasi dengan Pemerintah. Penetapan sasaran inflasi
berdasarkan undang-undang mengenai Bank Indonesia dilakukan oleh pemerintah.
Dalam Nota Kesepahaman antara Pemerintah dan Bank Indonesia, sasaran inflasi
ditetapkan untuk tiga tahun ke depan melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK).
Berdasarkan PMK No.93/PMK.011/2014 tentang Sasaran Inflasi taun 2016, 2017, dan
2018 tanggal 21 Mei 2014 sasaran inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk
periode 2016 – 2018, masing-masing sebesar 4% dan 3,5% masing-masing dengan
deviasi +1%.
Sasaran
inflasi tersebut diharapkan dapat menjadi acuan bagi pelaku usaha dan
masyarakat dalam melakukan kegiatan ekonominya ke depan sehingga tingkat
inflasi dapat ditutunkan pada tingkat yang rendah dan stabail. Pemerintah dan
Bank Indonesia akan senantiasa berkomitmen untuk mencapai sasaran inflasi yang
di tetapkan tersebut melalui koordinasi kebijakan yang konsisten dengan sasaran
inflasi tersebut. Salah satu upaya pengendalian iflasi menuju inflasi yang
rendah dan stabil adalah dengan membentuk dan mengarahkan ekspektasi inflasi
masyarakat agar mengacu pada sasaran inflasi yang telah ditetapkan.
v
Tabel Perbandingan Target Inflasi dan Aktual Inflasi
Tahun
|
Target Inflasi
|
Inflasi Aktual (%,yoy)
|
2001
|
4% - 6%
|
12,55
|
2002
|
9% - 10%
|
10,03
|
2003
|
9 + 1%
|
5,06
|
2004
|
5,51 + 1%
|
6,40
|
2005
|
6 + 1%
|
17,11
|
2006
|
8 + 1%
|
6,60
|
2007
|
6 +1%
|
6,59
|
2008
|
5 + 1%
|
11,06
|
2009
|
4,5 + 1%
|
2,78
|
2010
|
5 + 1%
|
6,96
|
2011
|
5 + 1%
|
3,79
|
2012
|
4,5 + 1%
|
4,30
|
2013
|
4,5 + 1%
|
8,38
|
2014
|
4,5 + 1%
|
8,36
|
2015
|
4 + 1%
|
3,35
|
2016
|
4 + 1%
|
3,02
|
2107
|
4 + 1%
|
|
2018
|
3,5 + 1%
|
|
E.
Keadaan Inflasi pada Tahun 2017
a. Keadaan
Inflasi pada Bulan Juli 2017
Inflasi
pada bulan Juli 2017 terkendali di angka 4,0 + 1%. Inflasi Indeks Harga
Konsumen (IHK) Juli 2017 tercatat sebesar 0,22% (mtm), lebih rendah
dibandingkan dengan rata-rata inflasi pasca lebaran 3 tahun terakhir sebesar
0,28% (mtm). Perkembangan ini merupakan kontribusi positif berbagai kebijakan
pemerintah dan koordinasi yang kuat dengan Bank Indonesia (BI). Berdasarkan komponen, inflasi kelompok
administered prices dan kelompok volatile food penyumbang dominan terhadap
inflasi terkendali. Dengan perkembangn tersebut, inflasi IHK sampai dengan
bulan Juli tercatat 2,60% (ytd) atau secara tahunan mencapai 3,88% (yoy).
Dikutip
dari situs Bank Indonesia, inflasi administered prices tercatat sebesar 0,07%
(mtm) menurun dibandingkan bulan lalu sebesar 2,10% (mtm). Misalnya tarif
angkutan antar kota dan kereta api tercatat mengalami deflasi. Sementara itu,
tarif angkutan udara masih menyumbang inflasi seiring dengan masih berlanjutnya
liburan sekolah. Secara tahunan, inflasi administered prices mencapai sebesar
9,27% (yoy). Inflasi volatile food tercatat sebesar 0,17% (mtm), lebih rendah
dibandingkan bulan lalu sebesar 0,65% (mtm). Penurunan inflasi pada periode ini
relatif sama dengan rata-rata periode pasca lebaran dalam 3 tahun terakhir
yaitu 0,16% (mtm). Secara tahunan, inflasi volatile food tercatat rendah, yaitu
1,13% (yoy).
b. Keadaan
Inflasi pada Bulan Desember 2017
Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Desember 2017
masih aman, Kemenkeu Bank Indonesia (BI) merilis informasi inflasi indeks harga
konsumen (IHK) pada Desember 2017 yang tercatat sebesar 0,71% (mtm) dan secara
keseluruhan tahun 2017 mencapai 3,61% (yoy). Angka tersebut berada dalam kisaran
sasaran inflasi yang ditetapkan yaitu sebesar 4,1% (yoy). Dikutip dari situs
BI, terkendalinya inflasi 2017 didorong oleh rendahnya inflasi inti yang
tercatat 2,95% (yoy), sejalan dengan konsistensi kebijakan Bank Indonesia dalam
menjaga stabilitas nilai tukar dan mengarahkan ekspektasi inflasi. Rendahnya inflasi (Volatile Food) yang tercatat 0,71% (yoy),
terjaganya pasokan dan distribusi bahan pangan serta terkendalinya dampak
kenaikan berbagai tarif dalam
inflasi (Administered
Prices) yang tercatat 8,70% (yoy).
Disisi lain, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Desember 2017
meningkat dibandingkan bulan sebelumnya (0,20%, mtm) sesuai dengan pola
musimannya. Inflasi Desember 2017 lebih rendah dibanding dengan rata-rata
inflasi pada bulan Desember
tiga tahun terakhir sebesar 1,28% (mtm). Berdasarkan komponen tersebut, dengan meningkatnya inflasi
bulan ini terutama dipengaruhi oleh inflasi kelompok rendahnya inflasi (Volatile Food) dan kelompok kenaikan berbagai tarif dalam inflasi
(Administered Prices) ditengah rendahnya inflasi inti. Inflasi inti
tercatat sebesar 0,13% (mtm), sama dengan bulan lalu, perkembangan tersebut
sejalan dengan terjangkarnya ekspektasi inflasi, masih rendahynya permintaan
domestik,
nilai tukar yang stabil dan rendahnya harga global.
F.
Dampak Inflasi
Inflasi
memiliki dampak positif dan dampak negatif. Inflasi dikatakan berdampak positif
apabila inflasi tersebut ringan, karena dapat mendorong perekonomian menjadi
lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah
untuk bekerja, menabung, dan mengadakan investasi. Sedangkan inflasi dikatakan
berdampak negatif apabila inflasi tersebut parah, yaitu pada saat terjadi
inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau dan
perekonomian dirasakan lesu atau lemah. Orang menjadi tidak bersemangat lagi
untuk bekerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga
meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri
atau karyawan swasta, serta kaum buruh pun akan merasa keberatan dalam
menanggung dan mengimbangi harga, sehingga mereka menjadi semakin merosot dan
terpuruk dari waktu ke waktu.
Inflasi
juga menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata uang semakin
menurun. Memang tabungan menghasilkan bunga, namun jika tingkat inflasi diatas
bunga, nilai uang tetap saja mengalami penurunan. Bila orang enggan menabung,
dunia usaha dan investasi akan sulit berkembang. Karena, untuk berkembang dunia
usaha membutuhkan dana dari bank yang diperoleh dari tabungan masyarakat.
Secara
umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara,
mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat
spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidaksabilan ekonomi, defisit
neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan serta kesejahteraan
masyarakat.
v
Dampak Inflasi terhadap Perekonomian
Secara garis besar terdapat beberapa dampak inflasi
terhadap perekonomian, yaitu:
1.
Terhambatnya
pertumbuhan ekonomi negara, karena berkurangnya investasi dan berkurangnya
minat menabung.
2.
Masyarakat
yang berpenghasilan rendah tidak dapat menjangkau harga barang, karena harga
barang mengalami kenaikan.
3.
Jika
terdapat kebijakan untuk mengurangi inflasi, maka akan terjadi pengangguran,
karena pemerintah berusaha untuk menekan harga.
4.
Masyarakat
akan cenderung untuk menyimpan barang daripada menyimpan uang.
5.
Nilai
mata uang turun, karena adanya kenaikan harga barang.
v
Contoh Inflasi
Seorang pensiun
Pegawai Negeri tahun 1990. Pada tahun 1990, uang pensiunnya cukup untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun di tahun 2003 atau 13 tahun kemudian, daya
beli uangnya mungkin hanya tinggal setengah. Artinya, uang pensiunnya tidak
lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebaliknya, orang yang
mengandalkan pendapatan berdasarkan keuntungan, seperti pengusaha, dan
pengusaha tersebut tidak merasa dirugikan dengan adanya inflasi. Begitu juga
halnya dengan pegawai yang bekerja di perusahaan dengan gaji mengikuti tingkat
inflasi.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Stabilitas
ekonomi merupakan faktor fundamental untuk menjamin pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan (sustainable economic growth). Sedangkan inflasi adalah kondisi
kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus (continue).
Stabilisasi ekonomi dan inflasi saling berkaitan satu sama lain tetapi
mempunyai arti dan pemahaman yang berbeda. Kestabilan suatu negara dapat
dilihat dari keaadaan inflasi suatu negara tersebut. Inflasi juga memiliki ciri
dan macam-macamnya yang dapat diketahui dari segi tingkat keparahan, penyebab,
dan asal terjadinya.
Target
atau sasaran inflasi merupakan tingkat inflasi yang harus di capai oleh Bank
Indonesia, berkoordinasi dengan Pemerintah. Penetapan sasaran inflasi
berdasarkan undang-undang mengenai Bank Indonesia dilakukan oleh pemerintah.
Berdasarkan PMK No.93/PMK.011/2014 tentang Sasaran Inflasi taun 2016, 2017, dan
2018 tanggal 21 Mei 2014 sasaran inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk
periode 2016 – 2018, masing-masing sebesar 4% dan 3,5% masing-masing dengan
deviasi +1%.
Dari
data yang kami peroleh keadaan inflasi pada bulan Juli 2017 masih terkendali.
Indeks Harga Konsumennya (IHK) tercatat lebih rendah jika dibandingkan dengan
inflasi pasca lebaran 3 tahun terakhir. Begitupun dengan bulan Desember 2017
Indeks Harga Konsumen (IHK) tergolong masih aman jika dibandingkan dengan
rata-rata inflasi Desember 3 tahun terakhir. Dampak dari adanya inflasi yaitu
Masyarakat yang berpenghasilan rendah tidak dapat menjangkau harga barang,
karena harga barang mengalami kenaikan.
B.
Saran
Sebelum kami mengakhiri makalah ini, terlebih dahulu memberikan
saran-saran, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca pada khususnya dan masyarakat
pada umumnya. Adapun saran yang dapat kami tulis adalah sebagai berikut.
1.
Pergunakanlah
ilmu ekonomi makro dalam melaksanakan perilaku ekonomi.
2.
Jadikan
pengetahuan sebagai sumber untuk mencapai kestabilan ekonomi dimasa yang akan
datang.
3.
Selalu bisa
memanfaatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA