iklan ditengah

Minggu, 19 Juli 2020

Makalah tentang Kemiskinan

Makalah tentang Kemiskinan 


ABSTRAK
Kemiskinan merupakan masalah kompleks yang di hadapi oleh seluruh pemerintahan yang ada di dunia ini. Ia di pengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Faktor tersebut antara lain tingkat pendapatan, pendidikan, kesehatan, pengangguran, laju pertumbuhan penduduk, distribusi yang tidak merata dan kondisi lingkungan seperti bencan alam. Kemiskinan merupakan kondisi dimana seseorang tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya dalam rangka menuju kehidupan yang lebih bermartabat.
Berdasarkan data BPS, persentase terakhir penduduk miskin pada September 2017 menurun 0,52 persen dibandingkan Maret 2017 yang sebesar 10,64 persen. Sementara jumlah penduduk miskin turun menjadi 26,58 juta dari sebelumnya Maret 2017 sebesar 27,77 juta.
Karena kemiskinan sudah menjadi masalah yang melekat pada suatu negara, oleh karena itu wajib untuk ditanggulangi, sebab jika tidak tertanggulangi akan dapat memberikan dampak buruk dan mengganggu pembangunan sosial. Diperlukannya kebijakan pemerintah yang yang terstuktur dan metode yang tepat dalam pengentasan kemiskinan serta peran kita dalam membantu kebijakan pemerintah tersebut.


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Sesungguhnya kemiskinan bukanlah persoalan baru di negeri ini. Sekitar seabad sebelum kemerdekaan Pemerintah Kolonial Belanda mulai resah atas kemiskinan yang terjadi di Indonesia. Pada saat itu indikator kemiskinan hanya dilihat dari pertambahan penduduk yang pesat, Indonesia merupakan negara yang mempunyai penduduk sangat padat terutama dikota-kota besar. Dengan jumlah penduduk yang sangat padat tersebut, membuat Indonesia banyak mengalami masalah sosial misalnya yang diakibatkan oleh faktor ekonomi, yaitu kemiskinan. Kemiskinan saat ini memang merupakan suatu kendala dalam masyarakat maupun dalam ruang lingkup yang luas. Tidak dapat dipungkiri bahwa yang menjadi musuh utama dari bangsa ini adalah kemiskinan. Sebab, kemiskinan telah menjadi kata yang menghantui negara-negra berkembang. Khususnya Indonesia. Mengapa demikian? Jawabannya karena selama ini pemerintah belum memiliki strategi dan kebijakan pengentasan kemiskinan yang jitu. Kebijakan pengentasan kemiskinan masih bersifat pro buget, belum pro poor. Sebab, dari setiap permasalahan seperti kemiskinan, pengangguran, dan kekerasan selalu diterapkan pola kebijakan yang sifatnya struktural dan pendekatan ekonomi semata.
1.2 Rumusan Masalah
Makalah ini akan membahas tentang masalah-masalah:
1.      Apa definisi kemiskinan?
2.      Apa indikator terjadinya kemiskinan?
3.      Bagaimana tingkat kemiskinan di Indonesia?
4.      Faktor apa saja penyebab terjadinya kemiskinan?
5.      Apa saja dampak dari kemiskinan?
6.      Apa saja kebijakan pemerintah untuk mengatasi permasalahan kemiskinan?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui pengetahuan mengenai masalah-masalah kemiskinan dan memberi informasi tentang kemiskinan serta bagaimana cara mengatasi masalah kemiskinan.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Kemiskinan
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi kekurangan hal-hal yang biasa untuk dipunyai seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, dan air minum. Hal-hal ini berhubungan erat dengan kualitas hidup . Kemiskinan kadang juga berarti tidak adanya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan yang mampu mengatasi masalah kemiskinan dan mendapatkan kehormatan yang layak sebagai warga negara. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan. Istilah "negara berkembang" biasanya digunakan untuk merujuk kepada negara-negara yang "miskin".
Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup:
a.       Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
b.      Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.
c.       Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.

2.1.1 Jenis-Jenis Kemiskinan
Secara umum, ada beberapa jenis kemiskinan yang ada di masyarakat. Berikut ini adalah jenis-jenis dan contoh kemiskinan tersebut:
1.      Kemiskinan Subjektif
Jenis kemiskian ini terjadi karena seseorang memiliki dasar pemikiran sendiri dengan beranggapan bahwa kebutuhannya belum terpenuhi secara cukup, walaupun orang tersebut tidak terlalu miskin.
Contohnya: pengemis musiman yang muncul di kota-kota besar.
2.      Kemiskinan Absolut
Jenis kemiskinan ini adalah bentuk kemiskinan dimana seseorang/ keluarga memiliki penghasilan di bawah standar kelayakan atau di bawah garis kemiskinan. Pendapatannya tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan pangan, sandang, papan, pendidikan, dan kesehatan.
Contoh kemiskinan absolut: keluarga yang kurang mampu.
3.      Kemiskinan Relatif
Jenis kemiskinan ini adalah bentuk kemiskinan yang terjadi karena pengaruh kebijakan pembangunan yang belum menyentuh semua lapisan masyarakat. Kebijakan tersebut menimbulkan ketimpangan penghasilan dan standar kesejahteraan.
Contohnya: banyaknya pengangguran karena lapangan pekerjaan sedikit.
4.      Kemiskinan Alamiah
Ini merupakan kemiskinan yang terjadi karena alam sekitarnya langka akan sumber daya alam. Hal ini menyebabkan masyarakat setempat memiliki produktivitas yang rendah.
Contohnya: masyarakat di benua Afrika yang tanahnya kering dan tandus.
5.      Kemiskinan Kultural
Ini adalah kemiskinan yang terjadi sebagai akibat kebiasaan atau sikap masyarakat dengan budaya santai dan tidak mau memperbaiki taraf hidupnya seperti masyarakat modern.
Contohnya: suku Badui yang teguh mempertahankan adat istiadat dan menolak kemajuan jaman.
6.      Kemiskinan Struktural
Kemiskinan ini terjadi karena struktur sosial tidak mampu menghubungkan masyarakat dengan sumber daya yang ada.
Contohnya: masyarakat Papua yang tidak mendapatkan manfaat dari Freeport.

2.1.2 Ukuran Kemiskinan
Garis kemiskinan adalah suatu ukuran yang menyatakan besarnya pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan dasar minimum makanan dan kebutuhan non makanan, atau standar yang menyatakan batas seseorang dikatakan miskin bila dipandang dari sudut konsumsi. Garis kemiskinan yang digunakan setiap negara berbeda-beda, sehingga tidak ada satu garis kemiskinan yang berlaku umum. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan lokasi dan standar kebutuhan hidup.
Menurut Badan Pusat Statistik (2010), penetapan perhitungan garis kemiskinan dalam masyarakat adalah masyarakat yang berpenghasilan dibawah Rp 7.057 per orang per hari. Penetapan angka Rp 7.057 per orang per hari tersebut berasal dari perhitungan garis kemiskinan yang mencakup kebutuhan makanan dan non makanan. Untuk kebutuhan minimum makanan digunakan patokan 2.100 kilokalori per kapita per hari. Sedang untuk pengeluaran kebutuhan minimum bukan makanan meliputi pengeluaran untuk perumahan, pendidikan, dan kesehatan.

2.2 Indikator-indikator Kemiskinan
 Untuk menuju solusi kemiskinan penting bagi kita untuk menelusuri secara detail indikator-indikator kemiskinan tersebut. Adapun indikator-indikator kemiskinan sebagaimana di kutip dari Badan Pusat Statistika, antara lain sebagi berikut:
1) Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (sandang, pangan dan papan).
2) Tidak adanya akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan, pendidikan, sanitasi, air bersih dan transportasi).
3) Tidak adanya jaminan masa depan (karena tiadanya investasi untuk pendidikan dan keluarga).
4) Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun massa.
5) Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan terbatasnya sumber daya alam.
6) Kurangnya apresiasi dalam kegiatan sosial masyarakat.
7) Tidak adanya akses dalam lapangan kerja dan mata pencaharian yang berkesinambungan.
8) Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental.
9) Ketidakmampuan dan ketidaktergantungan sosial (anak-anak terlantar, wanita korban kekerasan rumah tangga, janda miskin, kelompok marginal dan terpencil).
10) rata-rata tidak memunyai faktor produksi sendiri seperti tanah, modal, peralatan kerja, dan keterampilan.
 memunyai tingkat pendidikan yang rendah
2.3 Kemiskinan di Indonesia
Antara pertengahan tahun 1960-an sampai tahun 1996, waktu Indonesia berada di bawah kepemimpinan Pemerintahan Orde Baru Suharto, tingkat kemiskinan di Indonesia menurun drastis - baik di desa maupun di kota - karena pertumbuhan ekonomi yang kuat dan adanya program-program penanggulangan kemiskinan yang efisien. Selama pemerintahan Suharto angka penduduk Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan menurun drastis, dari awalnya sekitar setengah dari jumlah keseluruhan populasi penduduk Indonesia, sampai hanya sekitar 11 persen saja.
Namun, ketika pada akhir tahun 1990-an Krisis Finansial Asia terjadi, tingkat kemiskinan di Indonesia melejit tinggi, dari 11 persen menjadi 19.9 persen di akhir tahun 1998, yang berarti prestasi yang sudah diraih Orde Baru hancur seketika.
Dalam beberapa tahun belakangan ini angka kemiskinan di Indonesia memperlihatkan penurunan yang signifikan. Meskipun demikian, diperkirakan penurunan ini akan melambat di masa depan. Mereka yang dalam beberapa tahun terakhir ini mampu keluar dari kemiskinan adalah mereka yang hidup di ujung garis kemiskinan yang berarti tidak diperlukan sokongan yang kuat untuk mengeluarkan mereka dari kemiskinan. Namun sejalan dengan berkurangnya kelompok tersebut, kelompok yang berada di bagian paling bawah garis kemiskinanlah yang sekarang harus dibantu untuk bangkit dan keluar dari kemiskinan. Ini lebih rumit dan akan menghasilkan angka penurunan tingkat kemiskinan yang berjalan lebih lamban dari sebelumnya.
Stabilitas harga makanan (khususnya beras) merupakan hal penting sekali bagi Indonesia sebagai negara yang penduduknya menghabiskan sebagian besar pendapatan mereka untuk membeli beras (dan produk makanan lain). Oleh karena itu, tekanan inflasi pada harga beras (misalnya karena gagal panen) dapat memiliki konsekuensi serius bagi mereka yang miskin atau hampir miskin. Bahkan sebagian dari mereka yang hidup sedikit saja di atas garis kesmiskinan bisa jatuh dalam kemiskinan penuh karena inflasi yang tinggi.
Selain inflasi yang disebabkan oleh kenaikan harga makanan, keputusan pemerintah untuk mengurangi subsidi (terutama subsidi untuk BBM dan listrik) menyebabkan inflasi yang tinggi. Misalnya, waktu pemerintahan presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) melakukan pemotongan subsidi BBM pada akhir tahun 2005 terjadinya peningkatan signifikan angka kemiskinan di antara tahun 2005 dan 2006. Harga minyak internasional yang naik membuat pemerintah terpaksa mengurangi subsidi BBM waktu itu guna meringankan defisit anggaran pemerintah. Konsekuensinya adalah inflasi dua digit di antara 14 sampai 19 persen (tahun-ke-tahun) terjadi sampai oktober 2006. Presiden Joko Widodo juga mengurangi subsidi BBM, baik pada akhir tahun 2014 maupun awal tahun 2015. Namun karena harga minyak internasional yang lemah pada waktu itu, keputusan ini tidak mengimplikasikan dampak yang luar biasa pada angka inflasi. Toh, angka inflasi Indonesia naik menjadi di antara 8 - 9 persen (t/t) pada tahun 2014 maka ada peningkatan kemiskinan sedikit di Indonesia di antara tahun 2014 dan 2015, baik di wilayah pedesaan maupun perkotaan.
Tahun 2016 pemerintah Indonesia mendefinisikan garis kemiskinan dengan perdapatan per bulannya (per kapita) sebanyak Rp. 354,386 (atau sekitar USD $25) yang dengan demikian berarti standar hidup yang sangat rendah, juga buat pengertian orang Indonesia sendiri.
    Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pada Maret 2017 jumlah penduduk miskin, yakni penduduk dengan pengeluaran perkapita per bulan di bawah garis kemiskinan di Indonesia mencapai 27,77 juta orang (10,64 persen dari jumlah total penduduk).

Pada bulan September 2017, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia mencapai 26,58 juta orang (10,12 persen), berkurang sebesar 1,19 juta orang dibandingkan dengan kondisi Maret 2017 yang sebesar 27,77 juta orang (10,64 persen).
Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada Maret 2017 sebesar 7,72 persen turun menjadi 7,26 persen pada September 2017. Sementara persentase penduduk miskin di daerah perdesaan pada Maret 2017 sebesar 13,93 persen turun menjadi 13,47 persen pada September 2017.
Selama periode Maret 2017–September 2017, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan turun sebanyak 401,28 ribu orang (dari 10,67 juta orang pada Maret 2017 menjadi 10,27 juta orang pada September 2017), sementara di daerah perdesaan turun sebanyak 786,95 ribu orang (dari 17,10 juta orang pada Maret 2017 menjadi 16,31 juta orang pada September 2017).

2.4 Faktor-faktor penyebab terjadinya kemiskinan
            Pada umumnya di Negara Indonesia faktor penyebab kemiskinan adalah sebagai berikut:
1.      Pengangguran
Semakin banyak pengangguran, semakin banyak pula orang-orang miskin yang ada disekitar. Karena pengangguran atau orang yang menganggur tidak bisa mendapatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Padahal kebutuhan setiap manusia itu semakin hari semakin bertambah. Selain itu pengangguran juga menimbulkan dampak yang merugikan bagi masyarakat, yaitu pengangguran dapat menjadikan orang biasa menjadi pencuri, perampok, dan pengemis yang akan meresahkan masyarakat sekitar.
2.      Laju Pertumbuhan Penduduk
Angka kelahiran yang tinggi akan mengakibatkan laju pertumbuhan penduduk suatu negara menjadi besar. Bila laju pertumbuhan ini tidak sebanding dengan pertumbuhan ekonomi, maka hal ini akan mengakibatkan angka kemiskinan akan semakin meningkat di suatu negara.
3.      Tingkat pendidikan yang rendah
Tidak adanya keterampilan, ilmu pengetahuan, dan wawasan yang lebih, masyarakat tidak akan mampu memperbaiki hidupnya menjadi lebih baik. Karena dengan pendidikan masyarakat bisa mengerti dan memahami bagaimana cara untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi kehidupan manusia.
Dengan belajar, orang yang semula tidak bisa menjadi bisa, salah menjadi benar, dsb. Maka dengan tingkat pendidikan yang rendah masyarakat akan dekat dengan kemiskinan. Bencana Alam Banjir, tanah longsor, gunung meletus, dan tsunami menyebabkan gagalnya panen para petani, sehingga tidak ada bahan makanan untuk dikonsumsi dan dijual kepada penadah atau koperasi. Kesulitan bahan makanan dan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari tidak dapat terpenuhi.
4.      Distribusi yang Tidak Merata
Ketidaksamaan pola kepemilikian sumber daya akan menimbulkan ketimpangan dalam distribusi pendapatan. Pada umumnya, masyarakat yang hanya memiliki sumber daya terbatas dan berkualitas rendah berada di bawah garis kemiskinan.

2.5 Dampak Kemiskinan
            Dampak yang akan terjadi dari kemiskinan adalah:
a.       Kesejahteraan masyarakat sangat jauh dari sangat rendah Ini berarrti dengan adanya tingkat kemiskian yang tinggi banyak masyarakat Indonesia yang tidak memiliki pendapatan yang mencukupi kebutuhan hidup masyarakat.
b.      Tingkat kematian meningkat, ini dimksudkan bahwa masyarakat Indonesia banyak yang menagalmi kemtain akibat kelaparan atau melakukan tindakan bunuh diri karena tidak kuat dalam menjalani kemiskinan yang di alami.
c.       Banyak penduduk Indonesia yang kelaparan karena tidak mampu untuk membeli kebutuha akan makanan yang merka makan sehari-hari Pengangguran merupakan dampak dari kemiskinan, berhubung pendidikan dan keterampilan merupakan hal yang sulit diraih masyarakat, maka masyarakat sulit untuk berkembang dan mencari pekerjaan  yang layak untuk memenuhi kebutuhan. Dikarenakan sulit untuk bekerja, maka tidak adanya pendapatan, kebutuhan sulit terpenuhi,  kekurangan nutrisi dan kesehatan, dll. 
Kriminalitas merupakan dampak lain dari kemiskinan. Kesulitan mencari nafkah mengakibatkan orang lupa diri sehingga mencari jalan cepat tanpa memedulikan halal atau haramnya uang sebagai alat tukar guna memenuhi kebutuhan. Misalnya saja perampokan, penodongan, pencurian, penipuan, pembegalan, penjambretan dan masih banyak lagi contoh kriminalitas yang bersumber dari kemiskinan. Mereka melakukan itu semua karena kondisi yang sulit mencari penghasilan untuk keberlangsungan hidup dan lupa akan nilai-nilai yang berhubungan dengan Tuhan. Di era global dan materialisme seperti sekarang ini tak heran jika kriminalitas terjadi dimanapun.
Putusnya sekolah dan kesempatan pendidikan sudah pasti merupakan dampak kemiskinan. Mahalnya biaya pendidikan menyebabkan rakyat miskin putus sekolah karena tak lagi mampu membiayai sekolah. Putus sekolah dan hilangnya kesempatan pendidikan akan menjadi penghambat rakyat miskin dalam menambah keterampilan, menjangkau cita-cita dan mimpi mereka. Ini menyebabkan kemiskinan yang dalam karena hilangnya kesempatan untuk bersaing dengan global dan hilangnya kesempatan mendapatkan pekerjaan yang layak.
Kesehatan yang sulit di dapatkan karena kurangnya pemenuhan gizi sehari-hari akibat kemiskinan membuat rakyat miskin sulit menjaga kesehatannya. Belum lagi biaya pengobatan yang mahal di klinik atau rumah sakit yang tidak dapat dijangkau masyarakat miskin. Ini menyebabkan gizi buruk atau banyaknya penyakit yang menyebar.

2.6 Kebijakan Pemerintah
            Kebijakan pemerintahan  dalam pengentasan kemiskinan yaitu sebagai berikut:
1.      Menciptakan lapangan kerja yang mampu menyerap banyak tenaga kerja sehingga mengurangi pengangguran. Karena pengangguran adalah salah satu sumber penyebab kemiskinan terbesar di indonesia.
2.      Menghapuskan korupsi. Sebab korupsi adalah salah satu penyebab layanan masyarakat tidak berjalan sebagaimana mestinya. Hal inilah yang kemudian menjadikan masyarakat tidak bisa menikmati hak mereka sebagai warga negara sebagaimana mestinya.
3.      Menjaga stabilitas harga bahan kebutuhan pokok. Fokus program ini bertujuan menjamin daya beli masyarakat miskin/keluarga miskin untuk memenuhi kebutuhan pokok terutama beras dan kebutuhan pokok utama selain beras. Program yang berkaitan dengan fokus ini seperti :  • Penyediaan cadangan beras pemerintah 1 juta ton.
4.      Meningkatkan akses masyarakat miskin kepada pelayanan dasar. Fokus program ini bertujuan untuk meningkatkan akses penduduk miskin memenuhi kebutuhan pendidikan, kesehatan, dan prasarana dasar.
Contoh :    Beasiswa untuk mahasiswa miskin dan beasiswa berprestasi;
• Pelayanan kesehatan rujukan bagi keluarga miskin secara cuma-cuma di kelas III rumah sakit.  
5.      Menyempurnakan dan memperluas cakupan program pembangunan berbasis masyarakat. Program ini bertujuan untuk meningkatkan sinergi dan optimalisasi pemberdayaan masyarakat di kawasan perdesaan dan perkotaan serta memperkuat penyediaan dukungan pengembangan kesempatan berusaha bagi penduduk miskin.
Contoh : Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) di daerah perdesaan dan perkotaan
• Program Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah
• Program Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus 


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah yang telah di uraikan di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.      Masalah dasar pengentasan kemiskinan bermula dari sikap pemaknaan kita terhadap kemiskinan adalah suatu hal yang alami dalam kehidupan. Masalah kemiskinan merupakan permasalahan kesejahteraan sosial di Indonesia dan merupakan masalah yang kompleks, sehingga membutuhkan keterlibatan berbagai pihak dalam penanganannya. Masalah ini daridulu sampai sekarang tetap menjadi isu sentral di Indonesia. 
2.      Pengentasan masalah kemiskinan ini bukan hanya kewajiban dari pemerintah, melainkan masyarakat pun harus menyadari bahwa penyakit sosial ini adlah tugas dan tanggung jawab bersama pemerintah dan masyarakat.

3.2 Saran
Dalam menghadapi kemiskinan di zaman global diperlukan usaha-usaha yang lebih kreatif, inovatif, dan eksploratif. Selain itu, globalisasi membuka peluang untuk meningkatkan partisipasi masyarakat Indonesia yang unggul untuk lebih eksploratif. Di dalam menghadapi zaman globalisasi ke depan mau tidak mau dengan meningkatkan kualitas SDM dalam pengetahuan, wawasan, skill, mentalitas, dan moralitas yang standarnya adalah standar global.


DAFTAR PUSTAKA
http://abstraksiekonomi.blogspot.co.id/2013/12/kemiskinan-lengkap-devinisi-pola-jenis.html?m=1

http://ochascorpiogirl.blogspot.com/2012/10/faktor-penyebab-dan-cara-mengatasi.html

https://www.bps.go.id/pressrelease/2018/01/02/1413/persentase-penduduk-miskin-september-2017-mencapai-10-12-persen.html

https://googleweblight.com/i?u=https://www.maxmanroe.com/vid/sosial/pengertian-kemiskinan.html&hl=id-ID


Makalah Pancasila Bersifat Hierarkis dan Berbentuk Piramidal



Makalah Pancasila
Susunan Pancasila Bersifat Hierarkis dan Berbentuk Piramidal

KATA PENGANTAR
Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pancasila ini. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya, dan semoga sampai kepada kita selaku umatnya yang insya Allah taat dan patuh terhadap ajaran-Nya. Amin
Kami ucapkan terimakasih kepada Allah SWT dan pihak-pihak yang yang telah membantu dalam pengerjaan makalah ini, kepada dosen Pancasila Bambang Margono SH. MM.  dan juga kepada rekan-rekan semua.
Kami berharap semoga dengan adanya tugas makalah ini, dapat memberikan manfaat khususnya bagi anggota kelompok dan umumnya bagi yang membacanya. Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pancasila. Mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan.
 Sekian dan terimakasih.

Penyusun

 DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR  i
DAFTAR ISI  ii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG  1
B. RUMUSAN MASALAH 2
BAB II PEMBAHASAN
A. SUSUNAN HIREARKIS DAN PIRAMIDAL  2
B. DIAGRAM HIREARKIS PIRAMIDAL PANCASILA 3
KESIMPULAN  6
DAFTAR PUSTAKA  7


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pancasila adalah dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia, suatu ideologi yang dianut dan dijadikan sebagai pandangan dan pedoman bagi bangsa Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila sendiri berasal dari bahasa sansekerta yaitu panca yang dalam bahasa Indonesia bermakna 5 (lima) dan syila yang bermakna batu sendi / alas / dasar, dari dua kata itulah pancasila tersusun. Pancasila memiliki arti lima dasar yaitu meliputi :
1.    Ketuhanan Yang Maha Esa
2.    Kemanusiaan yang adil dan beradab
3.    Persatuan Indonesia
4.    Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
5.    Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
    Pancasila yang terdiri atas 5 sila pada hakikatnya merupakan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling berkerja sama untuk suatu tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh, di mana setiap sila pada hakikatnya merupakan suatu asas dan fungsi sendiri-sendiri, namun secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang sistematis.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang ada, maka dikemukakan perumusan masalah sebagai berikut:
 1. Bagaimana susunan hirearkis dan piramidal pancasila?
  2.  Bagaimana diagram hirearkis piramidal pacasila?


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Susunan Hierarkis dan Piramidal
Hierarkis berarti tingat, sedangkan yang dimaksud bentuk Piramid dari kesatuan Pancasila ialah bahwa sila yang pertama dan seterusnya tiap-tiap sila bagi sila berikutnya adalah menjadi dasar dan tiap-tiap sila berikutnya itu merupakan penjelmaan atau pengkhususan dari sila yang mendahuluinya.
Dalam susunan pancasila banyak orang yang menilai pancasila berbentuk dalam hierarkis atau berjenjang yang menggambarkan hubungan hierarkhi sila-sila dari pancasila dalam urut-urutan (kuantitas) dan juga dalam hal sifat-sifatnya (kualialitas). Kalau dilihat dari intinya, urut-urutan lima sila menunjukkan suatu rangkaian dalam luasnya dan isi sifatnya, merupakan pengkhususan dari sila-sila yang dimukanya. Jika urut-urutan lima sila dianggap mempunyai maksud demikian, maka diantara lima sila ada hubungan yang mengikat yang kepada yang lain sehingga pancasila merupkan suatu kesatuan keseluruhan yang bulat. Andai kata urut-urutan itu dipandang sebagi tidak mutlak. Diantara satu sila dengan sila lainnya tidak ada sangkut-pautnya, maka pancasila itu menjaditerpecah-pecah, oleh karena itu tidak dapat dipergunakan sebagai suatu asas kerohanian bagi Negara.
Menurut  Notonagoro  dinyatakan bahwa bentuk susunan hierarkis-piramidal Pancasila ialah: Kesatuan bertingkat yang tiap sila di muka sila lainnya merupakan basis atau pokok pangkalnya, dan tiap sila merupakan pengkhususan dari sila di mukanya. Sila pertama menjelaskan bahwa pada sila pertama itu meliputi dan menjamin isi sila 2, 3, 4, dan 5, begitu pula sila- sila berikutnya saling berkaitan erat dan menjiwai satu dengan yang lain.
Bentuk susunan hierarkis-piramidal Pancasila, dapat digambarkan dalam bentuk diagram yang disebut dengan diagram hierarkis-piramidal Pancasila. Dengan adanya bentuk diagram ini, terlebih dahulu dapat diuraikan sebagai pengantar bahwa Tuhan Pencipta segala makhluk, Yang Maha Kuasa, Yang Maha Esa, asal segala sesuatu dan sekaligus sebagai dasar semua hal yang ada dan yang mungkin ada. Oleh karena itu Tuhan sebagai dasar dari penciptaannya, yang di dalam diagram digambarkan sebagai dasar terbentuknya diagram itu.

2.2 Diagram Hirearkis Piramidal Pancasila
Diagram hierarkis-piramidal Pancasila menunjukkan sekelompok himpunan manusia yang mempunyai sifat-sifat tertentu. Adapun himpunan yang merupakan dasar adalah adanya sekelompok manusia yang dalam kehidupannya selalu mengakui dan meyakini adanya Tuhan baik dengan pernyataan maupun perbuatannya. Selanjutnya sebagai pengkhususan diikuti suatu himpunan manusia yang saling menghargai dan mencintai sesama manusia, memberikan dan memperlakukan sesuatu hal sebagaimana mestinya. Dalam kehidupan manusia, secara kodrati terbentuk adanya suatu kelompok-kelompok atau perserikatan-perserikatan persatuan sebagai penjelmaan makhluk sosial. Dan salah satu perserikatan adalah Persatuan Indonesia. Di dalam persatuan itu membutuhkan pimpinan serta kekuasaan untuk mengatur kehidupan sehari-hari sebagai warga persatuan, dan karena persatuan dibentuk dari warga rakyat, maka pimpinan harus di tangan rakyat secara kekeluargaan, yang disebut dengan istilah kerakyatan, sering juga disebut dengan kedaulatan rakyat, dalam arti rakyatlah yang berkuasa, rakyat yang berdaulat.
Setiap sila yang berasal dari pancasila ini memiliki arti sendiri pada setiap silanya yaitu :
  • sila ke-1 memiliki arti bahwa setiap rakyat Indonesia wajib beragama karena sejak dahulu Indonesia telah mengenal agama dan dalam agama pasti diajarkan hal-hal baik yang berkaitan dengan kehidupan berbangsa dan bernegara.
  • Sila ke-2 memiliki arti setiap rakyat Indonesia wajib mempunyai adab atau bisa juga diartikan sebagai sifat menghargai dalam berbagai hal antar sesama makhluk hidup.
  • Sila ke-3 memiliki arti setiap rakyat Indonesia wajib mengutamakan persatuan dan kesatuan Indonesia.
  • Sila ke-4 memiliki arti setiap suatu permasalahan yang dialami bangsa maupun negara Indonesia wajib diselesaikan dengan kepala dingin menggunakan cara bermusyawarah yang menghasilkan solusi yang bisa menguntungkan pihak-pihak yang terlibat dan tidak menggunakan cara kekerasan.
  • Sila ke-5 memiliki arti setiap rakyat Indonesia berhak mendapatkan perlakuan yang adil dan seadil-adilnya.
Hal yang dimaksud dengan pancasila bersifat hirarkis dan berbentuk piramidal adalah dalam pancasila ini berarti memiliki hubungan antara kelompok sila yang ada dalam pancasila dan bersifat erat. Hirarkis sendiri memiliki arti yaitu pengelompokan / penggolongan.
Pancasila yang terdiri dari 5 sila itu saling berkaitan yang tak dapat dipisahkan:
1)      Sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa adalah  menjiwai isi sila 2, 3, 4, dan 5, artinya dalam segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan dan penyelenggaraan negara harus dijiwai nilai-nilai ketuhanan Yang Maha Esa.
2)      Sila kedua  Kemanusiaan yang Adil dan Beradab yang dijiwai sila ke-1 dan isinya meliputi sila 3, 4, dan 5, dalam sila ini terkandung makna bahwa sangat menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai makhluk tuhan yang beradab, maka segala hal yang berkaitan dengan kehidupan berbangsa dan bernegara harus mencerminkan bahwa negara ini mempunyai peraturan yang menjunung tinggi harkat dan martabat manusia.
3)      Sila ketiga Persatuan Indonesia yang  dijiwai sila 1, 2  dan menjiwai isi dari sila 4, dan 5, sila ini mempunyai makna manusia sebagai makhluk sosial wajib mengutamakan persatuan negara Indonesia yang disetiap daerah memiliki kebudayaan-kebudayaan maupun beragama yang berbeda.
4)      Sila keempat Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan dijiwai sila 1, 2, 3 dan menjiwai isi dari sila ke-5. Sila ini menjelaskan bahwa negara Indonesia ini ada karena rakyat maka dari itu rakyat berhak mengatur kemana jalannya negara ini.
5)      Sila kelima keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia itu dijiwai oleh isi dari sila 1, 2, 3, dan 4. Sila ini mengandung makna yang harus mengutamakan keadilan bersosialisasi bagi rakyat Indonesia ini sendiri tanpa memandang perbedaan-perbedaan yang ada.

2.3 Kesimpulan
Bahwa susunan sila-sila pancasila urutan maupun rumusannya tidak boleh dirubah, harus tetap sesuai dengan rumusan pancasila dalam pembukaam UUD tahun 1945, karena sila yang diatasnya menjiwai sila-sila yang di bawahnya, sedangkan sila-sila yang di bawahnya dijiwai oleh sila-sila yang di atasnya.


Makalah Dasar - dasar prilaku kelompok

MAKALAH
PERILAKU  ORGANISASI
“Dasar-Dasar Perilaku Kelompok”


KATA PENGANTAR
Atas limpahan rahmat dan karunia Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, serta inayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Dasar Dari Perilaku Kelompok. Makalah ini kami susun untuk melengkapi tugas mata kuliah Perilaku Organisasi dengan Dosen pengampu Dr. Lili Karmela Fitriani S.E., M.Si. Dalam menyajikan Makalah ini kami sengaja menjelaskan secara praktis dan pokok-pokonya saja, namun demikian pembahasannya diusahakan cukup mendalam.
Kami menyadari bahawa Makalah ini masih terdapat kekurangan. Seiring perkembangan zaman globalisasi ini. Seperti pepatah using “Tiada gading yang tak retak”, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami terima.
Harapan kami, kiranya Makalah ini dapat bermanfaat bagi para pihak-pihak turut serta dalam mendukung pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat. AMIN.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kelompok adalah dua individu atau lebih yang berinteraksi dan saling bergantung,yang datang bersama-sama untuk mencapai tujuan-tujuan bersama. Orang-orang membentuk kelompok  karena manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri . Maka dari itu kelompok sosial berfungsi untuk berinteraksi satu sama lain. Kelompok dibagi menjadi dua  yaitu kelompok formal dan informal. Kelompok Formal adalah kelompok kerja yang terstruktur atau diatur oleh aturan-aturan sedangkan kelompok informal adalah kelompok yang tidak ditetapkan strukturnya secara formal.

1.2 Rumusan Masalah
  1. Apa pengertian kelompok?
  2. Apa perbedaan kelompok formal dan informal?
  3. Mengapa orang-orang membentuk kelompok?
  4. Sebutkan tahap-tahap dalam pengembangan kelompok
  5. Sebutkan properti kelompok

1.3 Tujuan Masalah
  1. Memahami apa yang dimaksud dengan kelompok
  2. Bisa membedakan antara kelompok formal dan informal
  3. Memahami tahap-tahap dalam mengembangkan kelompok
BAB II
PEMBAHASAN

Dasar Dari Perilaku Kelompok
2.1. Mendefinisikan dan mengklasifikasikan kelompok
Kelompok adalah sebagai dua individu atau lebih, yang berinteraksi dan saling bergantung, yang datang bersama-sama untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Kelompok dapat bersifat formal atau informal. Sebuah kelompok formal, didefinisikan melalui keberadaan struktur organisasi, dengan penugasan kerja yang ditetapkan untuk menentukan tugas-tugas. Dalam kelompok formal, perilaku anggota tim yang terlibat akan ditetapkan oleh dan diarahkan menuju tujuan-tujuan organisasi. Enam anggota awak pesawat maskapai penerbangan adalah kelompok formal. Sebaliknya, kelompok informal adalah yang tidak ditetapkan struktur secara formal atau tidak ditentukan secara organisasional. Kelompok-kelompok informal adalah susunan yang terbentuk secara alamiahdalam lingkungan kerja yang Nampak sebagai tanggapan atas kebutuhan kontak sosial. Tiga karyawan dari departemen berbeda yang secara teratur makan siang atau minum kopi bersamaa adalah kelompok informal. Tipe interaksi diantara para individu ini, meskipun informal tetapi secara mendalam memengaruhi perilaku dan kinerja mereka.
Teori identitas social (social indentity theory) yaitu sudut pandang yang mempertimbangkan ketika dan kapan para individu mempertimbangkan para anggota kelompoknya sendiri. Teori identitas social mengusulkan bahwa orang-orang memiliki reaksi emosional pada kegagalan atau keberhasilan dari kelompok mereka karena penghargaan diri terikat ke dalam kinerja kelompok. Ketika kelompok anda melakukan dengan baik, sikap anda akan mencerminkan kefembiraan kemenangan, dan harga diri anda sendiri akan meningkat. Ketika kelompok anda melakukan dengan buruk, anda akan merasa kesal dengan diri anda sendiri, atau bahkan mungkin anda akan menolak bagian tersebut dari identitas anda. Identitas social bahkan dapat mengarahkan orang-orang untuk mengalami kesenangan setelah melihat kelompok lainnya menderita. Kita sering kali melihat perasaan atas penderitaan orang ini saat para fan yang bergembira karena ti yang dibenci kalah.
Orang-orang mengembangkan banyak identitas melalui perjalanan hidup mereka. Anda akan mendefinisikan anda sendiri sesuai dengan organisasi tempat anda bekerja, kota tempat tinggal, profesi, latar belakang agama, etnis, dan jenis kelamin anda. Sebagai contoh seorang veteran perang AS yang bekerja di Roma akan sangat waspada karena berasal dari Amerika Serikat, tetapi identitas nasional ini tidsk akan mengkhawatirkan ketika hanya ia berpindah dari Tulsa menuju ke Tucson (kota di Negara bagiaan AS).
            Identitas social membantu kita memahami siapa kita dan dimana kita cocok dengan orang lain, tetapi identitas sosial dapat memiliki sifat negative pula. Diatas perasaan penderitaan orang, favoritisme dalam kelompok (ingroup favoritism) terjadi ketika kita melihat para anggota dari dalam kelompok kita lebih baik daripada orang lain dan orang-orang yang bukan berasal dari dalam kelompok semuanya sama saja. Hal ini tentu merupakan Stereotip.
Kapan orang-orang akan mengembangkan identitas sosial? Beberapa karakteristik yang membuat identitas social menjadi penting bagi seseorang:
  1. Kesamaan. Tidak mengejutkan, orang-orang yang memiliki nilai atau karakteristik yang sama sebagaimana para anggota lainnya dari organisasi mereka memiliki level identifikasi kelompok yang lebih tinggi.
  2. Keunikan. Orang-orang yang lebih cenderung memerhatikan identitas yang memperlihatkan bagaimana mereka berbeda dari kelompok lainnya.
  3. Status. Oleh karena orang-orang menggunakan identitas untuk memdefinisikan diri mereka sendiri dan meningkatkan penghargaan diri, sehingga masuk akal bahwa mereka tertarik dalam mengaitkan diri mereka sendiri dengan kelompok yang memiliki status tinggi.
  4. Penurunan yang tidak pasti. Keanggotaan dalam sebuah kelompok juga membantu beberapa orang memahami siapa mereka dan bagaimana mereka menyesuaikan diri ke dalam dunia.

2.2 Tahap-tahap dalam pengembangan kelompok
Model lima tahap pengembangabn kelompok (five-stage group development), mencirikan kelompok yang berjalan melalui tahapan yang unik, yaitu membentuk, mempeributkan, menyusun norma, bekerja, dan membubarkan.
  1. Tahap pertama, tahap membentuk (forming stage), digolongjkan sebagai sejumlah besar ketidakpastian mengenai tujuan, struktur, dan kepemimpinan kelompok. Para anggota “menguji keadaan” untuk menentukan tipe perilaku apa yang dapat diterima. Tahap ini akan selesai ketika para anggota mulai berpikir bahwa dirinya sendiri sebagai bagian dari sebuah kelompok.
  2. Tahap mempeributkan (storming stage) adalah salah satu konflik intrakelompok. Para anggota menerima keberadaan kelompok tetapi menentang hambatana yang melaksanakan pada individualitas. Terdapat konflik tentang siapa yang akan mengendalikan  kelompok. Ketika tahap ini selesai, akan terdapat suatu hirearki kepemimpinan yang relative jelas di dalam kelompok.
  3. Pada tahap ketiga, hubungan yang dekat akan berkembang dan kelompok akan menunjukan kekompakan. Sekarang terdapat rasa identitas kelompok yang kuat dan persahabatan. Tahap menyusun normal (norming stage) ini selesai ketika struktur kelompok mengeras dan kelompok telah berasimilasi serangkaian ekspektasi umum mengenai apa yang mendefinisikan perilaku anggota yang benar.
  4. Tahap keempat adalah mengerjakan (performing). Struktur pada poin ini sepenuhnya fungsional dan diterima. Ebergi kelompok telah berpindah dari mengenal dan memahami satu sama lain hingga mengerjakan tugas yang ada.
  5. Tahap membubarkan (adjourning stage) adalah untuk mengakhiri kegiatan dan mempersiapkan diri untuk pembubaran. Beberapa anggota kelompok optimis, bersenang-senang atas pencapaian kelompok. Anggota lainnya lebih tertekan karena kehilangan persahabatan dan pertemanan yang didapat selama kelangsungan kerja kelompok.
  • Pertemuan pertama mereka menetapkan arah kelompok
  • Fase pertama aktivitas kelompok adalah salah satu dari inersia
  • Suatu transisi terjadi tepat ketika kelompok telah terpakai setengah dari waktu yang telah ditetapkan
  • Transisi ini memprakarsai perubahan besar
  • Fase kedua dari inersia mengikuti transisi, dan
  • Pertemuan terakhir kelompok dicirikan oleh aktivitas yang diakselerasikan. Pola ini, dinamakan model kesetimbangan-berselang (punctuated equilibrium model).
 Pertemuan pertama menetapkan arah kelompok, kemudian suatu kerangka kerja atas pola perilaku dan asumsi-asumsi yang ada di kelompok dalam mencapai proyek yang muncul, kadang kala dalam beberapa detik pertama dari keberadaan kelompok. Ketika ditetapkan, arah kelompok menguat dan tidak mungkin di evaluasi kembali selama setengah pertama perjalanan. Ini merupakan periode kelambanan-kelompok cenderung untuk tetap bertahan atau menjadi terkunci dalam suatu rangkaian tindakan yang tetap bahkan jika hal ini memperoleh wawasan baru yang menantang pola dan asumsi awal.
Salah satu dari temuan yang sangat menarik dalam kajian mengenai kerja tim adalah bahwa kelompok-kelompok yang mengalami transisi mereka persis tepat pada pertengahan jalan antara pertemuan pertama dengan tenggat waktu resmi apakah para anggota menghabiskan jam pada proyek mereka atau 6 bulan. Titik tengah terlihat seperti sebuah alarm jam dinding, kesadaran para anggota yang memuncak bahwa waktu mereka terbatas dan mereka perlu untuk bergerak. Transisi ini mengakhiri fase 1 dan dicirikan dengan ledakan perubahan yang terkonsentrasi, menjatuhkan pola-pola lama, dan mengadopsi sudut pandang yang baru. Transisi menetapkan arahan yang direvisi untuk fase 2, suatu kesetimbangan yang baru atau periode inersia yang mana kelompok menjalankan rencana yang diciptakan selama periode transisi.
Pertemuan terakhir kelompok dicirikan dengan lonjakan aktivitas terakhir untuk menyelesaikan pekerjaannya. Secara ringkas, model yang diselingi kesetimbangan mencirikan kelompok yang menunjukan periode kelambanan yang lama yang diselingi dengan perubahan revolusioner yang ringkas yang dipicu terutama oleh kesadaran para anggota atas waktu dan tenggat waktu. Perlu diingat, bahwa model ini tidak dapat diterapkan pada semua kelompok tetapi disesuaikan dengan kualitas yang terbatas atas kelompok tugas yang bersifat sementara yang bekerja dibawah tenggat waktu.

2.3  Properti Kelompok : Peranan,Norma,Status,Besaran,Kekompakan dan Keragaman
  1. Properti  Kelompok 1 :  Peran
  • Peran (role)
Peran (Role) merupakan suatu rangkaian pola perilaku yang diharapkan yang dikaitkan dengan sesesorang yang menduduki posisi tertentu dalam unit sosial.
  • Persepsi Peran ( role perception)
Merupakan suatu sudut pandang individu mengenai bagaiamana dia seharusnya bertindak dalam suatu situasi tertentu.
  • Ekspetasi Peran (role expectation)
Adalah cara orang lain meyakini anda bertindak dalam suatu konteks tertentu. Di tempat kerja,kita melihat ekspestasi  peran melalui perspektif kontrak psikologis,yaitu sebuah perjanjian yang tidak tertulis yang mengemukakan apa yang manajemen harapkan dari karyawan dan sebaliknya.
  • Konflik Peran (role conflict)
Adalah situasi dimana individu dihadapkan oleh ekspektasi peran yang berbeda-beda.
  2. Properti Kelompok 2 : Norma
  • Norma,seluruh kaidah dan peraturan yang diterapkan melalui lingkungan sosialnya.
  • Kepatuhan (conformity
Adalah penyesuaian perilaku seseorang agar sejalan dengan norma kelompok. Contoh : sebagai seorang anggota dari suatu kelompok anda menginginkan penerimaan oleh kelompok.Dengan demikian,anda rentan dengan kepatuhan pada norma-norma kelompok.
  • Perilaku menyimpang di tempat kerja(deviant workplace behavior)
Merupakan perilaku bersifat sukarela yang melanggar norma organisasi secara signifikan dan dengan demikian dapat mengancam kesejahteraan organisasi atau para anggotanya.

  3.  Properti Kelompok 3 : Status
  • Status
Merupakan suatu posisi yang didefinisikan secara sosial atau peringkat yang diberikan kepada kelompok atau para anggota kelompok oleh orang lain.
  • Menurut teori karakteristik status yang menentukan Status adalah sebagai berikut:
-          Kekuasaan seseorang yang dimiliki atas orang lain,mereka cenderung mengendalikan sumber daya kelompok,maka orang-orang yang mengendalikan hasil cenderung sebagai penyandang status yang yang tinggi.
-          Kemampuan seseorang untuk memberikan kontribusi bagi tujuan kelompok. Orang-orang yang memiliki kontribusi yang sangat penting bagi kesuksesan kelompok cenderung memiliki status yang tinggi.
-          Karakteristik pribadi individu,seseorang yang memiliki karakteristik pribadi akan dinilai secara positif oleh kelompok. Misalnya dilihat dari penampilan yang bagus,cerdas,uang atau kepribadian yang ramah biasanya memiliki status yang lebih tinggi daripada seseorang dengan atribut nilai yang lebih sedikit.
  • Status Dan Norma
Status memiliki efek yang lebih menarik pada kekuasaan norma dan tekanan untuk mematuhi. Para individu yang memiliki status yang tinggi sering kali diberikan lebih banyak kebebasan menyimpang dari norma daripada para anggota kelompok lain.  Contoh : Para dokter secara aktif menolak keputusan administratif yang dibuat oleh karyawan di perusahaan asuransi yang memiliki peringkat lebih rendah.
  • Status dan Interaksi Kelompok
Orang-orang yang memiliki status yang tinggi cenderung menjadi anggota kelompok yang lebih sombong,mereka lebih sering berbicara dengan bebas,lebih banyak mengkritik,lebih banyak perintah dan lebih sering menginterupsi anggota lain.
  • Ketidakadilan status
Hal yang dianggap sebagai ketidakadilan akan menciptakan ketidakseimbangan yang mana menginspirasi bermacam-macam tipe perilaku korektif.
  4. Properti Kelompok 4 : Besaran
Salah satu dari temuan yang paling penting mengenai besaran kelompok dengan memperhatikan kemalasan sosial,kecenderungan bagi para individu untuk mengeluarkan sedikit upaya ketika bekerja secara kolektif darpada secara sendiri. Hal ini secara langsung menantang asumsi bahwa produktivitas kelompok sebagai suatu keseluruhan sedikitnya sama dengan jumlaj produktivitas para individu yang berada di dalamnya

  5. Properti Kelompok 5 : Kekompakan
  • Kekompakan (Cohesiveness)
Keadaan yang mana para anggota kelompok tertarik satu sama lain dan termotivasi untuk tetap bertahan dalam kelompok.
6.      Properti Kelopok 6 : Keragaman
Property terakhir dari kelompok yang kita pertimbangkan adalah keragaman di dalam keanggotaan kelompok, atau keaadaan yang mana para anggota kelompok sama dengan anggota berbeda dari, satu sama lain. Sejumlah bersar riset dilakukan mengenai bagaimana keragaman memenuhi kinerja kelompok. Beberapa riset melihat pada rasial, gender, perbedaan perbedaan lainnya. Secara keseluruhan, study mengidentifikasikan biaya maupun manfaat dari keragaman kelompok.
Salah satu kajian membandingkan kelompok yang beragam secara budaya ( terdiri atas orang-orang dari Negara-negara berbeda) dan homogeny terdiri atas orang-orang dari Negara yang sama. Kelompok- kelompok ini melakukan dengan sangat adil, tetapi para anggota dari kelompok yang beragam kurang terpuaskan dengan kelompok – kelompok mereka, kurang kompak, dan memikiki lebih banyak konflik. Kajian lainya meneliti pengaruh dari perbedaan dalam masa jabatan kinerja, riset rekayasa tehnik dan pengembangan kelompok. Ketika sebagian besar orang kurang lebih memiliki tinggkat masa jabatan yang sama, maka kinerja akan tinggi, tetapi masa jabatan keragaman yang semakin meningkat, maka kinerja akan turun.level masa jabatan yang lebih tinggi tidak terkait dengan kinerja kelompok yang lebih rendah ketika mendapat praktik sumber daya manusia yang berorientasi pada tim yang efektif. Tim yang memiliki nilai dan opini di para anggota yang berbeda akan cenderung akan mengalami banyaknya konflik.
Secara kultural dan demografis kelompok yang beragam dapat melakukan dengan lebih baik dari waktu ke waktu, dalam karakteristik yang dapatdiamati misalnya asal Negara, ras, gender, memperingatkan orang atas kemungkinan kemungkinnan level keragaman yang mendalam yang mendasari tingkah laku, nilai dan opini.
Salah satu studi mengenai prilaku menemukan bahwa para hakim yang beragam lebih cenderung untuk berunding lebih lama, berbagi lebih banyak informasi dan membuat sedikit kesalahan factual ketika membahas bukti. Dua studi yang dilakukan oleh kelompok mahasiswa MBA menemukan bahwa tanpa level keragaman mengarahkan pada membukaan yang lebih besar bahkan tanpa level kegunaan yang mendalam.
  • Lini Kesalahan
Lini kesalahan atau divisi yang dipandang membagi kelompok – kelompok menjadi dua atau lebih subkelompok yang didasarkan pada perbedaan individual misalnya jenis, kelamin, ras, umur, pengalaman kerja, dan pendidikan.
Riset dalam lini kesalahan telah menunjukan bahwa membagi pada umumnya merugikan bagi fungsional dan kinerja kelompok. Subkelompok dapat menyelesaikan persaingan satu sama lain, yang mana menghabiskan waktu dari tugas pokok dan membahayakan kinerja kelompok. Kelompok – kelompok yang memiliki subkelompok lebih lamban dalam mempelajari, mengambil keputusan yang lebih beresik, kurang kreatif dan mengalami lefel konflik yang lebih tinggi. Subkelompok cenderung kurang untuk mempercayai satu sama lain.
Studi lain memp-erhatikan bahwa permasalahan – permasalahan yang berasal dari lini kesalahan yang kuat yang didasarkan pada gender dan pendidikan utama akan diadakan ketika peranan-peranan mereka adalah jalan pintas dan kelompok sebagai suatu keseluruhan yang diberikan tujuan umum untuk mengupayakannya. Strategi tersebut memaksa kolaborasi antara para anggota subkelompok dan menitikberatkan upaya mereka para pencapaian tujuan yang melampaui batasan yang dipaksakan oleh lini kesalahan.
Riset mengenai lini kesalahan menyarankan bahwa keragaman dalam kelompok merupakan pedang permata dua, riset terbaru mengidentifikasikan bahwa mereka dapat secara strategis di pekerjaan unrtuk meningkatkan kinerja.
2.4  Pengambilan Keputusan Kelompok
  1. Kelompok Versus Individu
Kekuatan Pengambilan Keputusan Kelompok. Kelompok dapat menghasilkan informasi dan pengetahuan yang lebih lengkap. Dengan menggabungkan sumber daya dari beberapa individu, maka kelompok akan membawa lebih banyak input serta heterogenitas e dalam proses keputusan. Hal ini akan membuka peluang untuk mempertimbangan lebih banyak pendekatan dan alternatif. Terakhir, kelompok mengarah pada meningkatnya penerimaan suatu solusi.
Kelemahan Pengambilan Keputusan Kelompok. Keputusan kelompok menghabiskan waktu karena kelompok-kelompok umumnya memerlukan lebih banyak waktu untuk mencapai suatu solusi. Terdapat kepatuhan tekanan. Pembahasan kelompok dapat didominasi oleh salah satu atau beberapa anggota. Jika para anggotanya hanya berkemampuan rendah dan medium, maka keseluruhan menjadi kurang efektif. Terakhir, keputusan kelompok yang lemah akan menimbulkan tanggung jawab yang ambigu.
Efektivitas dan Efisiensi. Pengambilan keputusan kelompok memerlukan lebih banyak jam kerja daripada individu yang menyelesaikan permasalahan yang sama sendirian. Pengambil keputusan individu harus menghabiskan sejumlah besar waktu untuk melakukan tinjauan atas data-data dan berbicara pada orang lain. Dalam memutuskan apakah menggunakan kelompok, kemudian, para manajer harus menilai apakah peningkatan dalam efektivitas jauh lebih banyak dari cukup untuk mengimbangi penurunan dalam efisiensi.
  1. Pemikiran Kelompok dan Pergeseran Kelompok
Dua produk dalam pengambilan keputusan kelompok yang berpotensial untuk mempengaruhi kemampuan kelompok untuk menilai alternatif secara objektif dan hingga mencapai solusi yang bermutu tinggi.
Pertama, disebut pemikiran kelompok, terkait dengan norma. Ini menggambarkan situasi yang mana tekanan kelompok atas kepatuhan mencegah kelompok dari secara kritikal menilai pandangan yang tidak biasa, minoritas, atau tidak populer.
Fenomena kedua adalah pergeseran kelompok, yang mana menggambarkan cara para anggota kelompok cenderung untuk melebih-lebihkan posisi awal yang mereka pegang ketika membahas suatu rangkaian alternatif tertentu dan sampai pada suatu solusi.
  • Gejala pemikiran kelompok :
  1. Para anggota merasionalisasikan setiap perlawanan atas asumsi yang telah mereka buat. Tidak peduli seberapa kuatnya bukti akan bertentangan dengan asumsi dasar mereka, mereka akan berperilaku sehingga dapat memperkuat mereka.
  2. Para anggota menerapkan tekanan secara langsung pada mereka yang sesaat mengekspresikan keraguan mengenai beberapa pandangan yang dibagikan kelompok, atau siapa yang mempertanyakan keabsahan argumen yang mendukung alternatif yang disukai mayoritas.
  3. Para anggota yang memiliki sudut pandang yang meragukan atau berbeda yang berusaha untuk menghindari menyimpang dari apa yang terlihat merupakan hasil konsesus kelompok dengan berdiam diri mengenai kesangsian dan bahkan meminimalkan pentingnya keraguan mereka pada diri mereka sendiri.
  4. Terdapat suatu ilusi kebulatan suara. Jika seseorang tidak berbicara, diasumsikan bahwa dia telah patuh sepenuhnya.
-          Pergeseran Kelompok atau Polarisasi Kelompok
Pergeseran yang mengarah pada polarisasi telah menghasilkan beberapa penjelasan. Misalnya, telah diperdebatkan bahwa pembahasan membuat para anggota menjadi lebih nyaman satu sama lain, dan oleh karenanya, lebih bersedia untuk mengekspresikan versi ekstrim dari posisi awal mereka. Argumen lainnya adalah bahwa kelompok memencarkan tanggung jawab.
  1. Teknik-Tenik dalam Pengambilan Keputusan Kelompok
Bentuk yang paling umum dari pengambilan keputusan kelompok terjadi dalam kelompok yang berinteraksi. Para anggota saling bertemu berhadapan  muka dan bergantung pada interaksi verbal dan nonverbal untuk berkomunikasi. Tetapi, kelompok yang berinteraksi sering kali memeriksa diri mereka sendiri dan menekan para anggota individu untuk memgarah pada kepatuhan opini.
Sumbang pendapat dapat mengatasi tekanan atas kepatuhan yang mengurangi kreativitas dengan mendorong beberapa dan semua alternatif selain menahan kritikan-kritikan. Dalam sesi sumbang pendapat, setengah lusin dan lusinan orang duduk mengelilingi meja. Pemimpin kelompok menyatakan bahwa permasalahan telah jelas sehingga seluruh partisipan memahaminya. Para anggota kemudian bebas mengungkapkan sebanyak mungki  alternatif semampu mereka dalam suatu lamanya waktu yang ditentukan. Untuk mendorong para anggota “berpikir di luar kotak”, tidak boleh ada kritikan, seluruh gagasan meskipun saran-saran yang sangat aneh, ditampung dalam pembahasan dan dianalisis selanjutnya.
Secara spesifik, permasalahan dihadirkan dan kemudian kelompok akan mengambil langkah-langkah berikut.
  • Sebelum pembahasan dilakukan, setiap anggota secara independen menulis gagasan-gagasan atas permasalahan.
  • Setelah periode hening, masing-masing anggota akan menghadirkan salah satu gagasan kepda kelompok. Tidak ada pembahasan yang dilakukan hingga seluruh gagasan telah dihadirkan dan dicatat.
  • Kelompok membahas gagasan-gagasan untuk menjernihkan dan mengevaluasinya.
  • Masing-masing anggota kelompok dengan diam dan independen memeringkatkan sesuai urutan gagasan. Gagasan dengan peringkat keseluruhan yang tertinggi akan menentukan keputusan final.
Kelebihan utama dari teknik kelompok nominal adalah bahwa teknik ini memungkinkan bagi kelompok untuk bertemu secara formal tetapi tidak menghambat pemikiran yang independen.

BAB III
ANALISIS KASUS
3.1 Kasus :
Ada seorang siswa bernama Puspa,mengikuti sebuah grup di dunia maya yang bertujuan untuk menyatukan anak-anak dance yang ada di dunia. Akhirnya terjadi hilangnya kontak dan komunikasi dari salahsatu anggota dari grup tersebut yang berasal dari luar negeri.

3.2 Analisis Kasus
Kasus tersebut termasuk kedalam kelompok informal. Yaitu kelompok kepentingan(Interest group) yaitu bentuk kelompok karena sama-sama menyukai dance. Kelompok ini tidak terikat. Jadi,sebenarnya anggota dapat masuk atau keluar dari grup tersebut. Dari contoh kasus tersebut jika tidak ingin terjadi loss contact antara anggota kelompok seharusnya saat ada yang ingin masuk kedalam grup lebih baik di data biodata/profilnya

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Perilaku kelompok merupakan respon-respon anggota kelompok terhadap struktur sosial kelompok dan norma yang di adopsinya. Jadi ketika sebuah kelompok memasuki dunia organisasi maka karakteristik yang di bawanya adalah kemampuan, kepercayaan pribadi, penghargaan kebutuhan, dan pengalaman masa lalunhya. Banyak teori yang mengembangkan suatu anggapan mengenai awal mula terbentuknya kelompok. Mulai dari anggapan adanya kedekatan ruang kerja maupun tempat tinggal mereka, sampai kepada alasan-alasan praktis.
Di dalam suatu kelompok yang sebenarnya, para anggota mempertimbangkan diri mereka sendiri dan bergantung satu dengan lainnya untuk mencapai tujuan umum, dan mereka saling berhubungan satu dengan yang lain secara teratur untuk mengejar tujuannya atas dukungan dalam suatu periode waktu.

4.2 Saran
Sebaiknya setiap anggota kelompok yang masuk bergabung dengan sebuah organisasi baik itu organisasi besar maupun kecil haruslah bisa beradapsi dengan keadaan organisasi tersebut dan hanhya mempertahankan prilaku yang baik saja sewaktu berada dalam kelompok ke dalam organisasi

Popular Post

Makalah Pancasila Bersifat Hierarkis dan Berbentuk Piramidal

Makalah Pancasila Susunan Pancasila Bersifat Hierarkis dan Berbentuk Piramidal KATA PENGANTAR Puji syukur marilah kita panjatkan ...