Makalah tentang Kemiskinan
ABSTRAK
Kemiskinan merupakan masalah
kompleks yang di hadapi oleh seluruh pemerintahan yang ada di dunia ini. Ia di
pengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berkaitan antara satu dengan
yang lainnya. Faktor tersebut antara lain tingkat pendapatan,
pendidikan, kesehatan, pengangguran, laju pertumbuhan penduduk, distribusi yang
tidak merata dan kondisi lingkungan seperti bencan alam. Kemiskinan merupakan
kondisi dimana seseorang tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya dalam rangka
menuju kehidupan yang lebih bermartabat.
Berdasarkan data BPS,
persentase terakhir penduduk miskin pada September 2017 menurun 0,52 persen dibandingkan
Maret 2017 yang sebesar 10,64 persen. Sementara jumlah penduduk miskin turun
menjadi 26,58 juta dari sebelumnya Maret 2017 sebesar 27,77 juta.
Karena kemiskinan sudah
menjadi masalah yang melekat pada suatu negara, oleh karena itu wajib untuk
ditanggulangi, sebab jika tidak tertanggulangi akan dapat memberikan dampak
buruk dan mengganggu pembangunan sosial. Diperlukannya kebijakan pemerintah yang
yang terstuktur dan metode yang tepat dalam pengentasan kemiskinan serta peran
kita dalam membantu kebijakan pemerintah tersebut.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sesungguhnya kemiskinan
bukanlah persoalan baru di negeri ini. Sekitar seabad sebelum kemerdekaan
Pemerintah Kolonial Belanda mulai resah atas kemiskinan yang terjadi di
Indonesia. Pada saat itu indikator kemiskinan hanya dilihat dari pertambahan
penduduk yang pesat, Indonesia merupakan negara yang mempunyai penduduk sangat
padat terutama dikota-kota besar. Dengan jumlah penduduk yang sangat padat
tersebut, membuat Indonesia banyak mengalami masalah sosial misalnya yang
diakibatkan oleh faktor ekonomi, yaitu kemiskinan. Kemiskinan saat ini memang
merupakan suatu kendala dalam masyarakat maupun dalam ruang lingkup yang luas.
Tidak dapat dipungkiri bahwa yang menjadi musuh utama dari bangsa ini adalah
kemiskinan. Sebab, kemiskinan telah menjadi kata yang menghantui negara-negra
berkembang. Khususnya Indonesia. Mengapa demikian? Jawabannya karena selama ini
pemerintah belum memiliki strategi dan kebijakan pengentasan kemiskinan yang
jitu. Kebijakan pengentasan kemiskinan masih bersifat pro buget, belum pro
poor. Sebab, dari setiap permasalahan seperti kemiskinan, pengangguran, dan kekerasan
selalu diterapkan pola kebijakan yang sifatnya struktural dan pendekatan
ekonomi semata.
1.2 Rumusan Masalah
Makalah ini akan membahas
tentang masalah-masalah:
1.
Apa definisi kemiskinan?
2.
Apa indikator terjadinya kemiskinan?
3.
Bagaimana tingkat kemiskinan di Indonesia?
4.
Faktor apa saja penyebab terjadinya kemiskinan?
5.
Apa saja dampak dari kemiskinan?
6.
Apa saja kebijakan pemerintah untuk mengatasi
permasalahan kemiskinan?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan
makalah ini adalah untuk mengetahui pengetahuan mengenai masalah-masalah
kemiskinan dan memberi informasi tentang kemiskinan serta bagaimana cara
mengatasi masalah kemiskinan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Kemiskinan
Kemiskinan adalah keadaan
dimana terjadi kekurangan hal-hal yang biasa untuk dipunyai seperti makanan,
pakaian, tempat berlindung, dan air minum. Hal-hal ini berhubungan erat dengan
kualitas hidup . Kemiskinan kadang juga berarti tidak adanya akses terhadap
pendidikan dan pekerjaan yang mampu mengatasi masalah kemiskinan dan
mendapatkan kehormatan yang layak sebagai warga negara. Kemiskinan merupakan
masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan
komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif,
dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan. Istilah
"negara berkembang" biasanya digunakan untuk merujuk kepada
negara-negara yang "miskin".
Kemiskinan dipahami dalam
berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup:
a.
Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup
kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan.
Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan
pelayanan dasar.
b.
Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk
keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi
dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan
sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup
masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.
c.
Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan
yang memadai. Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi
bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.
2.1.1 Jenis-Jenis Kemiskinan
Secara umum, ada beberapa
jenis kemiskinan yang ada di masyarakat. Berikut ini adalah jenis-jenis dan
contoh kemiskinan tersebut:
1.
Kemiskinan Subjektif
Jenis kemiskian ini terjadi
karena seseorang memiliki dasar pemikiran sendiri dengan beranggapan bahwa
kebutuhannya belum terpenuhi secara cukup, walaupun orang tersebut tidak
terlalu miskin.
Contohnya: pengemis musiman yang muncul di
kota-kota besar.
2.
Kemiskinan Absolut
Jenis kemiskinan ini adalah
bentuk kemiskinan dimana seseorang/ keluarga memiliki penghasilan di bawah
standar kelayakan atau di bawah garis kemiskinan. Pendapatannya tersebut tidak
dapat memenuhi kebutuhan pangan, sandang, papan, pendidikan, dan kesehatan.
Contoh kemiskinan absolut: keluarga yang kurang
mampu.
3.
Kemiskinan Relatif
Jenis kemiskinan ini adalah
bentuk kemiskinan yang terjadi karena pengaruh kebijakan pembangunan yang belum
menyentuh semua lapisan masyarakat. Kebijakan tersebut menimbulkan ketimpangan
penghasilan dan standar kesejahteraan.
Contohnya: banyaknya pengangguran karena
lapangan pekerjaan sedikit.
4.
Kemiskinan Alamiah
Ini merupakan kemiskinan
yang terjadi karena alam sekitarnya langka akan sumber daya alam. Hal ini
menyebabkan masyarakat setempat memiliki produktivitas yang rendah.
Contohnya: masyarakat di benua Afrika yang
tanahnya kering dan tandus.
5.
Kemiskinan Kultural
Ini adalah kemiskinan yang
terjadi sebagai akibat kebiasaan atau sikap masyarakat dengan budaya santai dan
tidak mau memperbaiki taraf hidupnya seperti masyarakat modern.
Contohnya: suku Badui yang teguh
mempertahankan adat istiadat dan menolak kemajuan jaman.
6.
Kemiskinan Struktural
Kemiskinan ini terjadi
karena struktur sosial tidak mampu menghubungkan masyarakat dengan sumber daya
yang ada.
Contohnya: masyarakat Papua yang tidak
mendapatkan manfaat dari Freeport.
2.1.2 Ukuran Kemiskinan
Garis kemiskinan adalah
suatu ukuran yang menyatakan besarnya pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan
dasar minimum makanan dan kebutuhan non makanan, atau standar yang menyatakan
batas seseorang dikatakan miskin bila dipandang dari sudut konsumsi. Garis
kemiskinan yang digunakan setiap negara berbeda-beda, sehingga tidak ada satu
garis kemiskinan yang berlaku umum. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan
lokasi dan standar kebutuhan hidup.
Menurut Badan Pusat
Statistik (2010), penetapan perhitungan garis kemiskinan dalam masyarakat
adalah masyarakat yang berpenghasilan dibawah Rp 7.057 per orang per hari.
Penetapan angka Rp 7.057 per orang per hari tersebut berasal dari perhitungan
garis kemiskinan yang mencakup kebutuhan makanan dan non makanan. Untuk kebutuhan
minimum makanan digunakan patokan 2.100 kilokalori per kapita per hari. Sedang
untuk pengeluaran kebutuhan minimum bukan makanan meliputi pengeluaran untuk
perumahan, pendidikan, dan kesehatan.
2.2 Indikator-indikator Kemiskinan
Untuk menuju solusi kemiskinan penting bagi
kita untuk menelusuri secara detail indikator-indikator kemiskinan tersebut.
Adapun indikator-indikator kemiskinan sebagaimana di kutip dari Badan Pusat
Statistika, antara lain sebagi berikut:
1) Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi
dasar (sandang, pangan dan papan).
2) Tidak adanya akses terhadap kebutuhan
hidup dasar lainnya (kesehatan, pendidikan, sanitasi, air bersih dan
transportasi).
3) Tidak adanya jaminan masa depan (karena
tiadanya investasi untuk pendidikan dan keluarga).
4) Kerentanan terhadap goncangan yang
bersifat individual maupun massa.
5) Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan
terbatasnya sumber daya alam.
6) Kurangnya apresiasi dalam kegiatan sosial
masyarakat.
7) Tidak adanya akses dalam lapangan kerja
dan mata pencaharian yang berkesinambungan.
8) Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat
fisik maupun mental.
9) Ketidakmampuan dan ketidaktergantungan
sosial (anak-anak terlantar, wanita korban kekerasan rumah tangga, janda
miskin, kelompok marginal dan terpencil).
10) rata-rata tidak memunyai faktor produksi
sendiri seperti tanah, modal, peralatan kerja, dan keterampilan.
memunyai tingkat pendidikan yang rendah
2.3 Kemiskinan di Indonesia
Antara pertengahan tahun
1960-an sampai tahun 1996, waktu Indonesia berada di bawah kepemimpinan
Pemerintahan Orde Baru Suharto, tingkat kemiskinan di Indonesia menurun drastis
- baik di desa maupun di kota - karena pertumbuhan ekonomi yang kuat dan adanya
program-program penanggulangan kemiskinan yang efisien. Selama pemerintahan
Suharto angka penduduk Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan menurun
drastis, dari awalnya sekitar setengah dari jumlah keseluruhan populasi
penduduk Indonesia, sampai hanya sekitar 11 persen saja.
Namun, ketika pada akhir
tahun 1990-an Krisis Finansial Asia terjadi, tingkat kemiskinan di Indonesia
melejit tinggi, dari 11 persen menjadi 19.9 persen di akhir tahun 1998, yang
berarti prestasi yang sudah diraih Orde Baru hancur seketika.
Dalam beberapa tahun
belakangan ini angka kemiskinan di Indonesia memperlihatkan penurunan yang
signifikan. Meskipun demikian, diperkirakan penurunan ini akan melambat di masa
depan. Mereka yang dalam beberapa tahun terakhir ini mampu keluar dari
kemiskinan adalah mereka yang hidup di ujung garis kemiskinan yang berarti
tidak diperlukan sokongan yang kuat untuk mengeluarkan mereka dari kemiskinan.
Namun sejalan dengan berkurangnya kelompok tersebut, kelompok yang berada di
bagian paling bawah garis kemiskinanlah yang sekarang harus dibantu untuk
bangkit dan keluar dari kemiskinan. Ini lebih rumit dan akan menghasilkan angka
penurunan tingkat kemiskinan yang berjalan lebih lamban dari sebelumnya.
Stabilitas harga makanan
(khususnya beras) merupakan hal penting sekali bagi Indonesia sebagai negara
yang penduduknya menghabiskan sebagian besar pendapatan mereka untuk membeli
beras (dan produk makanan lain). Oleh karena itu, tekanan inflasi pada harga
beras (misalnya karena gagal panen) dapat memiliki konsekuensi serius bagi
mereka yang miskin atau hampir miskin. Bahkan sebagian dari mereka yang hidup
sedikit saja di atas garis kesmiskinan bisa jatuh dalam kemiskinan penuh karena
inflasi yang tinggi.
Selain inflasi yang
disebabkan oleh kenaikan harga makanan, keputusan pemerintah untuk mengurangi
subsidi (terutama subsidi untuk BBM dan listrik) menyebabkan inflasi yang
tinggi. Misalnya, waktu pemerintahan presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
melakukan pemotongan subsidi BBM pada akhir tahun 2005 terjadinya peningkatan
signifikan angka kemiskinan di antara tahun 2005 dan 2006. Harga minyak
internasional yang naik membuat pemerintah terpaksa mengurangi subsidi BBM
waktu itu guna meringankan defisit anggaran pemerintah. Konsekuensinya adalah
inflasi dua digit di antara 14 sampai 19 persen (tahun-ke-tahun) terjadi sampai
oktober 2006. Presiden Joko Widodo juga mengurangi subsidi BBM, baik pada akhir
tahun 2014 maupun awal tahun 2015. Namun karena harga minyak internasional yang
lemah pada waktu itu, keputusan ini tidak mengimplikasikan dampak yang luar
biasa pada angka inflasi. Toh, angka inflasi Indonesia naik menjadi di antara 8
- 9 persen (t/t) pada tahun 2014 maka ada peningkatan kemiskinan sedikit di
Indonesia di antara tahun 2014 dan 2015, baik di wilayah pedesaan maupun
perkotaan.
Tahun 2016 pemerintah
Indonesia mendefinisikan garis kemiskinan dengan perdapatan per bulannya (per
kapita) sebanyak Rp. 354,386 (atau sekitar USD $25) yang dengan demikian
berarti standar hidup yang sangat rendah, juga buat pengertian orang Indonesia
sendiri.
Badan Pusat Statistik (BPS)
mencatat, pada Maret 2017 jumlah penduduk miskin, yakni penduduk dengan
pengeluaran perkapita per bulan di bawah garis kemiskinan di Indonesia mencapai
27,77 juta orang (10,64 persen dari jumlah total penduduk).
Pada bulan September 2017, jumlah penduduk
miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis
Kemiskinan) di Indonesia mencapai 26,58 juta orang (10,12 persen), berkurang
sebesar 1,19 juta orang dibandingkan dengan kondisi Maret 2017 yang sebesar
27,77 juta orang (10,64 persen).
Persentase penduduk miskin
di daerah perkotaan pada Maret 2017 sebesar 7,72 persen turun menjadi 7,26
persen pada September 2017. Sementara persentase penduduk miskin di daerah
perdesaan pada Maret 2017 sebesar 13,93 persen turun menjadi 13,47 persen pada
September 2017.
Selama periode Maret
2017–September 2017, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan turun sebanyak 401,28
ribu orang (dari 10,67 juta orang pada Maret 2017 menjadi 10,27 juta orang pada
September 2017), sementara di daerah perdesaan turun sebanyak 786,95 ribu orang
(dari 17,10 juta orang pada Maret 2017 menjadi 16,31 juta orang pada September
2017).
2.4 Faktor-faktor penyebab terjadinya
kemiskinan
Pada umumnya di Negara Indonesia faktor
penyebab kemiskinan adalah sebagai berikut:
1. Pengangguran
Semakin banyak pengangguran, semakin banyak
pula orang-orang miskin yang ada disekitar. Karena pengangguran atau orang yang
menganggur tidak bisa mendapatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Padahal kebutuhan setiap manusia itu semakin hari semakin
bertambah. Selain itu pengangguran juga menimbulkan dampak yang merugikan
bagi masyarakat, yaitu pengangguran dapat menjadikan orang biasa
menjadi pencuri, perampok, dan pengemis yang akan meresahkan masyarakat
sekitar.
2. Laju
Pertumbuhan Penduduk
Angka kelahiran yang tinggi akan
mengakibatkan laju pertumbuhan penduduk suatu negara menjadi besar. Bila laju
pertumbuhan ini tidak sebanding dengan pertumbuhan ekonomi, maka hal ini akan
mengakibatkan angka kemiskinan akan semakin meningkat di suatu negara.
3. Tingkat
pendidikan yang rendah
Tidak adanya keterampilan, ilmu pengetahuan,
dan wawasan yang lebih, masyarakat tidak akan mampu memperbaiki hidupnya
menjadi lebih baik. Karena dengan pendidikan masyarakat bisa mengerti dan
memahami bagaimana cara untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi
kehidupan manusia.
Dengan belajar, orang yang semula tidak bisa
menjadi bisa, salah menjadi benar, dsb. Maka dengan tingkat pendidikan
yang rendah masyarakat akan dekat dengan kemiskinan. Bencana Alam Banjir,
tanah longsor, gunung meletus, dan tsunami menyebabkan gagalnya panen para petani,
sehingga tidak ada bahan makanan untuk dikonsumsi dan dijual kepada penadah
atau koperasi. Kesulitan bahan makanan dan penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari tidak dapat terpenuhi.
4. Distribusi
yang Tidak Merata
Ketidaksamaan pola kepemilikian sumber
daya akan menimbulkan ketimpangan dalam distribusi pendapatan. Pada umumnya,
masyarakat yang hanya memiliki sumber daya terbatas dan berkualitas rendah
berada di bawah garis kemiskinan.
2.5 Dampak Kemiskinan
Dampak yang akan terjadi dari
kemiskinan adalah:
a.
Kesejahteraan masyarakat sangat jauh dari sangat rendah
Ini berarrti dengan adanya tingkat kemiskian yang tinggi banyak masyarakat
Indonesia yang tidak memiliki pendapatan yang mencukupi kebutuhan hidup
masyarakat.
b.
Tingkat kematian meningkat, ini dimksudkan bahwa
masyarakat Indonesia banyak yang menagalmi kemtain akibat kelaparan atau
melakukan tindakan bunuh diri karena tidak kuat dalam menjalani kemiskinan yang
di alami.
c.
Banyak penduduk Indonesia yang kelaparan karena tidak
mampu untuk membeli kebutuha akan makanan yang merka makan sehari-hari Pengangguran
merupakan dampak dari kemiskinan, berhubung pendidikan dan keterampilan
merupakan hal yang sulit diraih masyarakat, maka masyarakat sulit untuk
berkembang dan mencari pekerjaan yang layak untuk memenuhi kebutuhan.
Dikarenakan sulit untuk bekerja, maka tidak adanya pendapatan, kebutuhan sulit
terpenuhi, kekurangan nutrisi dan kesehatan, dll.
Kriminalitas merupakan
dampak lain dari kemiskinan. Kesulitan mencari nafkah mengakibatkan orang lupa
diri sehingga mencari jalan cepat tanpa memedulikan halal atau haramnya uang
sebagai alat tukar guna memenuhi kebutuhan. Misalnya saja perampokan, penodongan,
pencurian, penipuan, pembegalan, penjambretan dan masih banyak lagi contoh
kriminalitas yang bersumber dari kemiskinan. Mereka melakukan itu semua karena
kondisi yang sulit mencari penghasilan untuk keberlangsungan hidup dan lupa
akan nilai-nilai yang berhubungan dengan Tuhan. Di era global dan materialisme
seperti sekarang ini tak heran jika kriminalitas terjadi dimanapun.
Putusnya sekolah dan
kesempatan pendidikan sudah pasti merupakan dampak kemiskinan. Mahalnya biaya
pendidikan menyebabkan rakyat miskin putus sekolah karena tak lagi mampu
membiayai sekolah. Putus sekolah dan hilangnya kesempatan pendidikan akan
menjadi penghambat rakyat miskin dalam menambah keterampilan, menjangkau
cita-cita dan mimpi mereka. Ini menyebabkan kemiskinan yang dalam karena
hilangnya kesempatan untuk bersaing dengan global dan hilangnya kesempatan
mendapatkan pekerjaan yang layak.
Kesehatan yang sulit di
dapatkan karena kurangnya pemenuhan gizi sehari-hari akibat kemiskinan membuat
rakyat miskin sulit menjaga kesehatannya. Belum lagi biaya pengobatan yang
mahal di klinik atau rumah sakit yang tidak dapat dijangkau masyarakat miskin.
Ini menyebabkan gizi buruk atau banyaknya penyakit yang menyebar.
2.6 Kebijakan Pemerintah
Kebijakan pemerintahan dalam
pengentasan kemiskinan yaitu sebagai berikut:
1.
Menciptakan lapangan kerja yang mampu menyerap banyak
tenaga kerja sehingga mengurangi pengangguran. Karena pengangguran adalah salah
satu sumber penyebab kemiskinan terbesar di indonesia.
2.
Menghapuskan korupsi. Sebab korupsi adalah salah satu
penyebab layanan masyarakat tidak berjalan sebagaimana mestinya. Hal inilah
yang kemudian menjadikan masyarakat tidak bisa menikmati hak mereka sebagai
warga negara sebagaimana mestinya.
3.
Menjaga stabilitas harga bahan kebutuhan pokok. Fokus
program ini bertujuan menjamin daya beli masyarakat miskin/keluarga miskin
untuk memenuhi kebutuhan pokok terutama beras dan kebutuhan pokok utama selain
beras. Program yang berkaitan dengan fokus ini seperti : • Penyediaan
cadangan beras pemerintah 1 juta ton.
4.
Meningkatkan akses masyarakat miskin kepada pelayanan
dasar. Fokus program ini bertujuan untuk meningkatkan akses penduduk miskin
memenuhi kebutuhan pendidikan, kesehatan, dan prasarana dasar.
Contoh : Beasiswa untuk mahasiswa miskin dan
beasiswa berprestasi;
• Pelayanan kesehatan rujukan bagi keluarga miskin secara
cuma-cuma di kelas III rumah sakit.
5.
Menyempurnakan dan memperluas cakupan program
pembangunan berbasis masyarakat. Program ini bertujuan untuk meningkatkan
sinergi dan optimalisasi pemberdayaan masyarakat di kawasan perdesaan dan
perkotaan serta memperkuat penyediaan dukungan pengembangan kesempatan berusaha
bagi penduduk miskin.
Contoh : Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) di
daerah perdesaan dan perkotaan
• Program Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah
• Program Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan latar belakang,
perumusan masalah yang telah di uraikan di atas, dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1.
Masalah dasar pengentasan kemiskinan bermula dari sikap
pemaknaan kita terhadap kemiskinan adalah suatu hal yang alami dalam kehidupan.
Masalah kemiskinan merupakan permasalahan kesejahteraan sosial di Indonesia dan
merupakan masalah yang kompleks, sehingga membutuhkan keterlibatan berbagai
pihak dalam penanganannya. Masalah ini daridulu sampai sekarang tetap menjadi isu
sentral di Indonesia.
2.
Pengentasan masalah kemiskinan ini bukan hanya
kewajiban dari pemerintah, melainkan masyarakat pun harus menyadari bahwa
penyakit sosial ini adlah tugas dan tanggung jawab bersama pemerintah dan
masyarakat.
3.2 Saran
Dalam menghadapi kemiskinan
di zaman global diperlukan usaha-usaha yang lebih kreatif, inovatif, dan
eksploratif. Selain itu, globalisasi membuka peluang untuk meningkatkan
partisipasi masyarakat Indonesia yang unggul untuk lebih eksploratif. Di dalam
menghadapi zaman globalisasi ke depan mau tidak mau dengan meningkatkan
kualitas SDM dalam pengetahuan, wawasan, skill, mentalitas, dan moralitas yang
standarnya adalah standar global.
DAFTAR PUSTAKA
http://abstraksiekonomi.blogspot.co.id/2013/12/kemiskinan-lengkap-devinisi-pola-jenis.html?m=1
http://ochascorpiogirl.blogspot.com/2012/10/faktor-penyebab-dan-cara-mengatasi.html
https://www.bps.go.id/pressrelease/2018/01/02/1413/persentase-penduduk-miskin-september-2017-mencapai-10-12-persen.html
https://googleweblight.com/i?u=https://www.maxmanroe.com/vid/sosial/pengertian-kemiskinan.html&hl=id-ID
Tidak ada komentar:
Posting Komentar